Personal Blog: Menuliskan Semua Kisah dan Ulasan tentang Gaya Hidup di Era Digital

About Me

Sebuah Ungkapan Untuk Ibu.

with 4 comments
Apa yang akan kamu lakukan, jika melihat orang yang kamu kasihi, kamu hormati, kamu cintai dan yang telah menjadikan dirimu hidup dengan semua yang kamu miliki, dengan segala kehebatanmu yang sekarang ini, dalam keadaan lemah dan tetesan air yang tak kunjung henti membasahi wajah yang penuh kasih?

Jangan katakan, ungkapan untuk menghadapi semua itu adalah.. Dengan kamu menangis di hadapannya, menyesali keadaannya, merutuki kesalahanmu yang sebelumnya terlalu mengabaikannya tanpa kamu sengaja. Jangan. Itu bukan bentuk ungkapan yang terbaik. Juga bukan bentuk ungkapan yang harus kamu tunjukan, kamu lakukan, dan kamu lampiaskan.

Tangis hanya akan menghadirkan luka. Membuatnya semakin berduka. Melihat setiap tetes air mata di wajah kita, tidak akan membuatnya kembali tertawa. Sebaliknya, air matanya akan mengalir lebih daripada yang kita kira. Dan itu adalah hal tersulit, tersakit, yang harus kita terima.

Penyesalan tidak akan mengembalikan kita kepada apa yang telah kita lewatkan. Dan dia akan ikut tertekan dengan melihat kita dalam keadaan menyesal, tanpa bisa dia mengingatkan kita akan adanya masa depan, tanpa bisa dia menguatkan kita dengan kata-katanya yang mampu membawa tenang. Bukan. Bukan tanpa bisa dia menguatkan kita, karena dalam keadaan apapun, selamanya dia akan menjadi pengingat di saat kita lupa, penguat di saat kita jatuh, dan penyemangat di segala lekuk kehidupan kita. Dia hanya sedang tidak mampu, melihat rasa sesal menguasai diri kita, karena keadaan yang saat ini mengalahkan dirinya.

Merutuki diri karena terlalu mengabaikannya saat dia kuat, meskipun tanpa kita sengaja. Dan, meskipun memang begitu adanya. Tapi, itu adalah hal terbodoh. Bahkan dia selalu merasakan kehadiran kita, menyambut hangat setiap kata sedih atapun bahagia dari kita, menyertakan diri kita dalam setiap do'anya. Menyebut nama kita setiap mengingat hal-hal yang tidak diinginkannya terjadi pada diri kita. Kita selalu ada dalam hatinya. Dan, bukan rutukan itu yang dia inginkan. Bukan.

Dia adalah senyum, tawa, bahagia, dalam setiap tetes air mata di kehidupan kita. Dia adalah pengingat, penguat serta penyemangat saat kita terjatuh dalam lubang penyesalan yang kelam. Dan,dia adalah orang yang selamanya akan mendekap hangat diri kita di dalam hatinya.

Source: Do'a Untuk Kedua Orang Tua
Dari sana aku belajar. Tegar adalah hal terbaik untuk kembali menguatkan hatinya. Tidak menangis, bukan berarti tidak sedih saat melihat dia terkulai lemah menghadapi rasa sakitnya. Diam bukan berarti membiarkannya jatuh bersama luka yang sedang menguasai dirinya. Itu hanya sebuah ungkapan, sebuah pengendalian diri yang mungkin menjadi hal tersulit untukku. Karena sekali aku meneteskan air mata. Maka saat itulah aku akan semakin terluka, melihat air matanya ikut mengalir deras yang seakan menjawab setiap derai tetes air mataku. Dan. Aku tidak mau itu terjadi.

Aku mengharap, lekaslah kembali senyum hangatmu itu, Ibu. Tunjukan pada dunia, bahwa kamulah wanita terhebat di sepanjang hidupku. Sakitmu bukanlah sesuatu yang bisa menghancurkan hidupmu. Dengan segala yang kamu miliki. Kamulah wanita kuat. Kamulah wanita hebat. Lekas sembuh, Ibu.

. . .

4 komentar:

  1. Jadi inget sama ibu d rumah. ihihi kunjungan balik ya kaka :D bahrul.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo ingat ya dikunjungi toh. kalo belum sempat, minimal ditelfon Ibunya :))

      Hapus
  2. Jado kangen mama ;")
    Cepet sembuh mamanya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.. Iya mbak, kadang kita terlalu mengabaikan keberadaan beliau, meskipun tanpa kita sadari.

      Amin.. Terima kasih, mbak. :)

      Hapus

Spamming? Nope!

Send Me Your Questions Here!

edigitalife.id@gmail.com

. . . . . .