Personal Blog: Menuliskan Semua Kisah dan Ulasan tentang Gaya Hidup di Era Digital

About Me

Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara "Pantura Lamongan".

with 18 comments
Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara "Pantura Lamongan".
Foto By: Aldio Merancia
"Mbak kita udah di pintu masuk 2 WBL" whatsapp dari Mas Dio, salah seorang dari tim Ekspedisi Warisan Kuliner, masuk ke hp saya tepat pukul 09.59 WIB. Akhirnya, pikir saya.

Pagi sekitar pukul 08.15 WIB saya sudah duduk dengan manis di singgasana.. Baiklah, kursi yang berada di tempat biasa saya bekerja, menunggu kedatangan Mas Arie - ahli kuliner sekaligus koordinator Ekspedisi Warisan Kuliner -, Mas Dio - penulis/blogger -, dan Mas Stephy -photographer-, yang masih berada dalam perjalanan dari Gresik menuju Paciran.

Kalau menurut email dari Mas Arie, Ekspedisi Warisan Kuliner di Lamongan akan dimulai pukul 08.00 WIB. Jadi saya harus mempersiapkan jadwal dari jam 08.00 s/d 15.00 WIB untuk tujuan kulinernya. Ekspedisi Warisan Kuliner akan dilakukan di Lamongan Kota, karena nasi boran, makanan khas dari Lamongan, memang hanya bisa didapat di sana. Tapi, mengingat domisili saya yang mendapat kesempatan untuk menjadi local fixer/penghubung lokal, bukan di Lamongan Kota, melainkan di Lamongan Pantura - Paciran -, akhirnya saya mengajukan untuk melakukan Ekspedisi Warisan Kuliner di daerah saya. Awalnya saya agak bingung, makanan khas apa yang mau ditunjukkan, ya? Tapi.. Nggak apapa lah, dengan modal PD saya coba memperkenalkan kuliner khas Lamongan - selain Boran, Soto dan Tahu Campur -, dari daerah Pantura, yang mungkin sudah ada di beberapa daerah pantura lain. Mungkin.

Setelah diskusi sebentar melalui whatsapp, akhirnya Mas Arie setuju untuk memulai ekspedisi dari Paciran, dengan jadwal setelah  icip-icip kuliner khas Pantura Lamongan, sorenya Mas Arie bersama tim yang lain baru akan menuju Lamongan Kota untuk icip Boran, Soto, dan Tahu Campur, tanpa saya. Iya, setelah Ekspedisi Warisan Kuliner di Paciran selesai, saya tidak perlu ikut menuju ke Lamongan Kota, karena setelahnya tim ekspedisi akan langsung meluncur ke Surabaya untuk melanjutkan Ekspedisi Warisan Kuliner di kota-kota jawa timur lainnya - Surabaya, Sidoarjo, Madura, Mojokerto, dsb -.

Karena adanya perubahan tujuan lokasi awal, otomatis jadwal yang awalnya dimulai pukul 8.00 WIB pun, mundur menjadi pukul 9.59 WIB karena tambahan waktu perjalanan dari Lamongan Kota menuju Paciran, dan otomatis juga, ekspedisi yang saya jadwalkan pada pukul 08.00 WIB, yakni mengajak tim ekspedisi untuk icip Jajanan Pasar Tradisional di Dengok Pasar Cilik, dilewatkan. Berikut saya akan menuliskan cerita selama saya bersama tim Ekspedisi Warisan Kuliner melakukan icip-icip kuliner khas Pantura Lamongan.

Sebelumnya, untuk mengetahui apa itu Ekspedisi Warisan Kuliner, bisa dibaca di:
 Food Detik: Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara
 Viva Life: Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara

09.59 - 10.45 WIB.
Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara "Pantura Lamongan".
Foto By: Arie Parikesit
Tim ekspedisi sampai di pintu masuk 2 Wisata Bahari Lamongan. Sengaja saya mengajak mereka untuk bertemu di Wisata Bahari Lamongan, selain lebih mudah untuk ditemukan, juga ada beberapa berkas yang memang harus saya bereskan terlebih dulu di tempat kerja saya. Akhirnya saya dan tim ekspedisi resmi bertemu untuk pertama kalinya di Indomart di depan Wisata Bahari Lamongan. Setelah sesi singkat salam-salaman dan perkenalan, saya mengajak tim ekspedisi menuju tempat icip Nasi Jagung Tanjung Kodok yang berada tidak jauh di sebelah barat Wisata Bahari Lamongan. Warung yang selalu ramai pengunjung dengan menu khas yang sangat sederhana. Nasi Jagung/Sego Las, ikan asin pirit, aneka jenis ikan goreng - iwak ilat, iwak koret, iwak katimpil, dsb -, sayur asem kangkung, lodeh pepaya muda, dan tidak lupa sambal tomat yang membuat rasa nasi jagung semakin lengkap. Warung tersebut menggunakan sistim prasmanan, dengan hitungan 1 porsi makanan hanya seharga Rp. 5000, - kalau mau nambah, tinggal dikalikan saja. Kalau ada dari teman sekalian yang berencana untuk mencicipi Nasi Jagung Tanjung Kodok ketika berkunjung ke Lamongan, kalian bisa menuju alamat ini; Jl. Daendles Tunggul - Paciran - Lamongan. (Sebelah barat Wisata Bahari Lamongan/Jalur Pantura Tuban - Surabaya).

10.45 - 11.30 WIB.
Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara "Pantura Lamongan".
Foto By: Arie Parikesit
Setelah puas dengan Icip Nasi Jagung Tanjung Kodok. Saya mengarahkan tim ekspedisi untuk menuju Warung Lesehan Golden. Di sana saya akan menunjukkan beberapa menu hasil laut kepada tim ekspedisi. Antara lain; Mangut Kepala Manyung, Kare Rajungan, Tumis Cumi Manis, dan beberapa menu lainnya. Mas Arie menikmati nasi porsi 4 sendok makan, dengan lauk cumi manis dan sedikit kuah dan ikan dari mangut kepala manyung, Mas Dio tampak antusias dengan menu Kare Rajungan, yang memang agak sedikit membutuhkan perjuangan keras ketika harus berhadapan dengan cangkangnya, Mas Stephy tidak makan apa-apa, karena ada alergi dengan udang dan rajungan, cuma icip sedikit jenang wijen yang saya makan saat itu, dan saya sendiri juga hanya icip 2 tusuk sate udang, masih kenyang dengan menu nasi jagung sebelumnya. Harga menu makanan di Warung Lesehan Golden ini bervariasi tergantung lauk yang dipilih. Pengunjung juga bisa dengan leluasa menentukan dan mengambil menu yang diinginkan - prasmanan -. Untuk letak Warung Lesehan Golden sendiri berada di Jl. Daendles Tunggul - Paciran - Lamongan (Jalur Pantura Tuban - Surabaya). 

11.30 - 12.15 WIB.
Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara "Pantura Lamongan".
Foto By: Aldio Merancia
Setelah kenyang dengan makanan-makanan utama, tim ekspedisi saya ajak untuk menikmati makanan sedang - antara makanan berat dan makanan ringan, menurut saya - khas dari Paciran lainnya, yakni Rujak Petis Mak Tas. Rujak yang sudah turun temurun pemegang sekaligus pengendali ulek serta cobeknya ini memang sangat menjadi favorit warga Paciran dan sekitarnya, dengan menu minuman Es Dawet Siwalan yang sangat membantu untuk menyegarkan dahaga di siang yang terik saat itu. Mungkin karena sudah terlalu kenyang, kita hanya memesan 1 pincuk Rujak Petis dan 5 gelas Es Dawet Siwalan. Mas Arie menghabiskan 2 gelas Es Dawet Siwalan, dan sisanya, jelas untuk saya, Mas Dio, dan Mas Stephy. Berbeda dengan Nasi Jagung Tanjung Kodok dan Warung Lesehan Golden yang kita bisa mengambil dan menentukan sendiri menu yang kita pilih tanpa harus menunggu lama. Untuk memakan Rujak Petis ini kita harus mengantri terlebih dulu, dan untung saja saat itu antrian tidak tampak seperti biasa yang penuh, hanya ada beberapa pembeli, jadi kita tidak perlu mengantri terlalu lama. Setelah rujak sudah tersaji dan sedikit jeprat-jepret dari Mas Stephy, 1 pincuk Rujak Petis siap diicip bareng-bareng, berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain sampai benar-benar habis. Nah, kalau mau icip Rujak Petis ini, bisa menuju ke Jl. Daendles Paciran - Lamongan (Sebelah barat Jembatan Pasar Paciran/Jalur Pantura Tuban - Surabaya)

12.15 - 14.00 WIB.
Dalam email Mas Arie, pesannya, kalau bisa sama masak-masak di rumah warga. Jadi saya menyampaikan pesan itu ke Ibuk saya, barangkali beliau bisa menjadi koki sementara di rumah. Dan setelah saya jelaskan sedikit tentang maksud dari ekspedisi tersebut, beliau bersedia untuk memasak masakan rumahan dengan menu Garang Asem Bambangan dan Tumis Kangkung Teri Manis. Kegiatan masak-memasak selesai kurang lebih 1.5 Jam. Dan.. Makan lagi.. Tapi karena masakannya banyak, dan kondisi perut sudah terlalu bekerja keras dari pagi, jadilah kita cuma makan sedikit-sedikit. Mau tahu resepnya apa saja? Sebentar ya.. Saya tanya Sang Ibunda dulu. ^^

14.00 - 14.15 WIB.
Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara "Pantura Lamongan".
Tempat Pelelangan Ikan Brondong.
Kita sudah hampir selesai menuntaskan jadwal. Karena masih kenyang dengan makanan-makanan sebelumnya, Mas Arie memilih untuk mengunjungi Tempat Pelelangan Ikan - TPI - Brondong lebih dulu, sebelum melanjutkan untuk icip Rujak Lontong. Dan berangkatlah kita menuju Brondong. Di sana kita akan bertemu banyak sekali orang Brondong - If You Know What I Mean -. Setelah sampai di TPI kita turun dan melihat-lihat para pelelang yang sedang bongkar-pasang serta tawar-menawar ikan hasil Miyang - melaut -. Ada Cumi-cumi, Gurita, Udang Kipas, Ikan Layur, Srumping, Jenis-jenis kerang, dan masih banyak lagi. Puas dengan tontonan ikan, kita menuju tempat berlabuhnya perahu para Nelayan yang berada tidak jauh dari tempat pelelangan ikan. Mas Stephy menyiapkan jurus tukang potonya dan mulai jeprat-jepret perahu yang berlabuh, dan beberapa Nelayan yang tanpa malu-malu hanya mengenakan celana dalam dan saling bergaya ketika melihat kamera mengarah ke mereka.

14.15 - 14.45 WIB.
Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara "Pantura Lamongan".
Foto By: Arie Parikesit
Kita menuju Rujak Lontong Mbak Zuriah. Beruntung ketika saya bersama tim ekspedisi sampai, tempat rujak lontong itu terlihat sepi, padahal pada waktu biasa dan pada jam-jam sekian, tempat rujak lontong itu selalu penuh dengan pembeli. Kita memesan 2 porsi rujak lontong di sana. Kasihan juga perut kalau nggak di kasih sedikit ruang gerak, yakan? Mas Arie makan 1 porsi rujak lontong, dan 1 porsi lainnya dibuat bancakan sama Mas Dio dan Mas Stephy. Tempat rujak lontong ini sebenarnya tidak jauh dari tempat acara masak-memasak tadi - rumah saya -. Lebih tepatnya berada di Jl. Daendles Kandangsemangkon - Paciran - Lamongan (Sebelah timur SMA Negeri 1 Paciran/Jalur Pantura Tuban - Surabaya).

Dengan berakhirnya santap siang menjelang sore dengan menu rujak lontong tersebut, maka berakhir pula kebersamaan saya bersama tim Ekspedisi Warisan Kuliner. Saya sangat berterima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk menjadi local fixer dan atas kesediaannya untuk berkunjung dan ngubek serta icip kuliner khas Lamongan. Jujur, sebenarnya saya agak ragu, kalau-kalau makanan khas yang saya tunjukkan itu tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan tim ekspedisi. Tapi "expedition must go on" jadi, ya.. Saya harus siap. Bukan begitu?



. . .

18 komentar:

  1. mantap pasti senang ya bisa merasakan kuliner yg tampaknya enak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mak. Seneng banget bisa merasakan sekaligus tinggal di daerah yang memiliki makanan khas yang enak-enak. :D

      Hapus
  2. aaaahhhh... saya ngiler mbak... terutama ama rajungannya.... o_0
    Kemaren wahana, skarang kuliner, besok ada apa lagi yang disajikan.... bikin orang pengen ke sana aja....

    BalasHapus
    Balasan
    1. *sodorin tisu* *atau sapu tangan?* *serahlah*

      Besok masih ada.. Tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi di Lamongan, ada.. mbak-mbak cantik dan mas-mas ganteng di Lamongan.. *oke ini jujur* #lah :|
      Pokoknya masih banyak lagi deh. :D
      Jadi.. Kapan kamu akan berkunjung ke lamongan? :p

      Hapus
  3. ya ampuuuun fotonyaaaa...tidaaak...enak-enak semua yaa mbaaa...salam buat mas Arie Parikesit hehehe...sempet ketemu pas ASEAN blogger di solo...ini asli ngenceees hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awas banjir mbaaaak.. Hahaha.. Ini juga pertemuan pertama sama mas arie mbak. Nanti coba di sampaikan salamnya yaaa. :))

      Hapus
  4. Waaah. Menarik. Jadi lapaar..
    Salam kenal dari blogger yg juga local fixer Madura.

    Meski jadi ketua blogger Madura, bapak saja berasal dari Lamongan. Baca ini, jadi pengen berkunjung ke tempat-tempat ini semua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mz.. Puasa, Mz.. ^^
      Salam kenal juga dari blogger sekaligus fixer Lamongan.

      Saya malah blogger -wannabe- saja. Tapi Bapak - Ibuk asli Lamongan. Silakan berkunjung ke Lamongan... *gelarin karpet merah*

      Hapus
  5. Wow!! Sepuh blogger Lamongan, kapan2 aku mau ah maen ke WBL. Aku wong Lamongan (Babat sih lebih tepatnya) tapi gak tau dolan WBL coba *merasa hina* :(
    mau nulis juga tentang WeBeeL dan Mazoola, tapi belom ada kesempatan ke sana :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepuh Blogger Lamongan. *merasa tua* kalo aku wes buat blogpost tentang WBL tapi yang Mazola-nya belum.. Belum ada bahan. Kamu travelingnya sambil galau, sih.. Jadinya malah kelupaan sama tempat wisata kota sendiri.. #gituya :D

      Hapus
    2. karena galau dan traveling itu nggak bisa dipisahkan mbak, hahaha
      #LifeGuide
      dibilang sepuh soalnya kenalan blogger lainnya banyak :D

      Hapus
    3. Travelingnya sendirian sih, jadinya galau. Coba ngajakin Bae-nya.. #BalasLifeGuide

      Ya.. Salah satu fungsi sosmed ya itu.. Perluas jaringan, temukan kenalan baru. #ciegitu :D

      Hapus
    4. itu mbak, gak punya :(
      hahaha iye mbak :D

      Hapus
  6. Wah saya pernah ke lamongan tapi buru2 belum sempat kulineran..jadi ngiler:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Besok kalo mampir Lamongan disempatkan, Mbak.. Nanti pasti ketagihan lagi. :))

      Hapus
  7. Kalau saya kemarin menikmati goa maharani :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di salah satu foodcourt Goa Maharani ada yang jual Bandeng bakar yang uenak, Mas. Nyobain, nggak?

      Hapus
  8. ya ampuuun, ikut pengen nyicipin jadinya mbak :D.. aku suka bgt kulineran model gini soalnya.. kalo udh ke suatu tempat, dan di sana ga banyak objek wisata, aku dan suami lgs milih kulineran dari 1 tempat ke tempat lain.. icicp2 aja, yg ptg macemnya banyak :D.. kyk wkt ke manila dulu ;D.. Bgini ini yg kita lakuin ...

    beruntung nemu blogmu ini.. bisa aku jdiin referensi kalo ke lamongan :)

    BalasHapus

Spamming? Nope!

Send Me Your Questions Here!

edigitalife.id@gmail.com

. . . . . .