Personal Blog: Menuliskan Semua Kisah dan Ulasan tentang Gaya Hidup di Era Digital

About Me
Tampilkan postingan dengan label KEB Collaborative. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KEB Collaborative. Tampilkan semua postingan

Tentang Memberi dan Menerima Melalui Blog

with 1 comment
Saat ini blogger merupakan salah satu profesi yang layak untuk diperhitungkan, saya lihat, beberapa teman blogger dengan yakin memutuskan untuk resign dari profesinya sebagai full time worker kemudian beralih menjadi full time blogger, saya sendiri kagum dan percaua bahwa pilihan tersebut sudah melalui berbagai macam pertimbangan. Salah satu pertimbangan tersebut mungkin karena mereka lebih nyaman dengan profesi blogger yang memiliki sistem lebih fleksibel. Pekerjaannya, pun penghasilannya.

Menjadi blogger sendiri dituntut untuk ulet, kreatif, dan up-to-date, kalau enggak, bisa tertinggal jauh dari dunia persilatan. Tapi, kadang semaksimal apapun saya mencoba menghasilkan tulisan yang "baik dan benar" saya masih saja merasa ada yang kurang, melihat teman-teman blogger lain yang begitu detail ketika menyuguhkan sebuah tulisan, membuat saya merasa ciut.

Bahkan sampai sekarang saya masih merasakan hal tersebut, padahal saya sadar, nggak ada faedahnya membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Karena pada dasarnya, setiap tulisan itu memiliki perannya masing-masing, bisa berperan sebagai pelengkap tulisan lain yang masih belum sempurna, ataupun menjadi wujud proses "gift and take".

Ya, seperti kata d'masiv "tak ada manusia yang terlahir sempurna" blogger pun juga nggak luput dari kekurangan. Tapi saya tetap mencoba untuk optimis bahwa setiap tulisan yang saya hasilkan pasti akan memberi manfaat atau info yang dibutuhkan bagi pembaca blog saya, dan masing-masing pembaca juga nggak menutup kemungkinan akan melihat dari sudut pandang berbeda yang nantinya akan ada beragam info penting dari tulisan saya yang bisa diberikan atau diambil oleh pembaca.

Selain memberikan sedikit manfaat dari tulisan saya yang pas-pas-an, saya juga bisa menerima manfaat dari blogger lain. Misal seperti blogger project: Collaborative Blogging cetusan Kumpulan Emak Blogger yang saya ikuti sekarang ini, dari sana saya bisa mendapat inspirasi atau ide tulisan ketika mood menulis saya lagi apa banget, sementara batas waktu menyetor tulisan untuk Liga Blogger Indonesia akan segera tiba.

Pada akhirnya, selama saya masih bisa melalui proses memberi dan menerima tersebut, saya akan tetap menulis dan menulis, selanjutnya saya akan melakukan evaluasi agar bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi dan lebih banyak memberi bermanfaat pada pembaca blog saya. Amin!

Perkara Idealisme Ibu Muda Masa Kini

with 10 comments
Belajar Menerima Keadaan: Menjadi Ibu yang Tidak Sempurna


"Anaknya nggak full ASI ya, Bund? Kenapa? Padahal bla bla bla.. bla bla bla.." setiap mendengar atau membaca obrolan seperti itu, seketika saya merasa menjadi Ibu yang paling buruk. Yang terlintas di benak saya adalah; betapa sempurnanya ibu A yang berhasil memberi bayinya full ASI, atau ibu B yang dengan rajinnya menyiapkan segala macam kebutuhan untuk MPASI anaknya.

Kalau kata Mbak Noni di postingan "Belajar Menjadi Tidak Sempurna" di website Emak Blogger itu merupakan salah satu bentuk Idealisme ibu-ibu muda masa kini, padahal tanpa mereka tahu idealisme yang kadang berlebihan itu bisa menyinggung perasaan ibu lain yang memiliki cara berbeda dalam merawat bayinya.

Sebenarnya mudah saja, biar nggak tersinggungg, mending jangan ikut nimbrung sama obrolan serupa, tapi ya, namanya ibu, meskipun belum bisa jadi yang "sempurna" tetap saja membutuhkan banyak informasi penting mengenai bayi, jadilah saya masuk dalam percakapan-percakapan yang kadang menyayat hati tersebut. Baperan, yak.

Keputusan yang saya ambil satu tahun lalu adalah memberi tambahan sufor bagi anak saya. Sebagai working mom, menurut saya pilihan itu lebih efisien, stamina tubuh saya bisa lebih terjaga karena waktu yang seharusnya buat pumping, bisa saya manfaatkan untuk istirahat, mengingat kalau malam sudah harus siap siaga setiap mendengar teriakan bayi mungil yang masih belum bisa ganti popok sendiri.

Terdengar egois dan kurang perduli memang. Tapi mencukupi waktu istirahat yang berkurang juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi stres yang ujung-ujungnya kurang baik juga kalau kita mengASIhi dalam keadaan stres.

"Eman loh ASI-nya, manfaatnya kan banyak dan bagus buat bayi."
"Saya masih NgASI kok, kan sufor cuma buat pendukung saja"
"Sufor kan nggak baik buat bayi, Bund" 
"Sufor juga dibuat melalui proses filterisasi sesuai standart yang berlaku, kan, gila saja produsennya kalau berani produksi sufor yang bikin bahaya anak".

Kadang saya menenangkan diri saya dengan alasan-alasan tersebut di atas setiap saya down mendengar atau membaca pertanyaan-pertanyaan innocent dari ibu muda masa kini kebanyakan. Padahal perkataan mereka memang ada benarnya. Hiks.

Baby Qeis


ASI adalah yang terbaik untuk anak, tapi saya percaya, dengan berbagai macam pertimbangan, semua memiliki plus-minusnya sendiri-sendiri, dan nggak seharusnya hal itu dijadikan bahan yang kadang bisa "menyudutkan" ibu-ibu lain ketika menerapkan cara yang berbeda dari idealisme para ibu muda masa kini.

Oke, saya memang nggak bisa jadi ibu yang sempurna karena nggak bisa full ASI, nggak apa-apa saya belum jadi ibu sempurna karena saya nggak bisa bikinin MPASI homemade secara rutin seperti kalian, tapi, sejauh ini alhamdulillah anak saya tumbuh dengan sehatnya, dengan cerianya, dan tanpa banyak drama pada umumnya ketika anak sedang melalui proses untuk menemukan kepintarannya (read; mau tengkurap, gigi tumbuh, bisa jalan, etc).

Sebelumnya juga, saya mohon maaf kepada kalian yang memiliki paham idealisme ibu muda masa kini tersebut, bukan untuk menyalahkan kalian, tapi tulisan ini saya buat hanya untuk melegakan hati saya saja, mumpung lagi ada tema buat curhat, hehehe *tutup muka*. Saya akui kalau kalian memang K E R E N B G T! bisa melakukan hal-hal sempurna yang belum bisa saya lakukan untuk anak saya.

Bukan berarti ibu-ibu yang memiliki paham seperti saya ini nggak sempurna, semua tetap kembali kepada keputusan masing-masing, seorang ibu pasti ingin memberi yang terbaik untuk anaknya, namun adakalanya yang terbaik menurut kamu belum tentu baik juga bagi saya dan anak saya. Sekian dan Terima kasih.


Sincerely,
Lifestyle Blogger









Di Balik Layar; Hobi Membawa Rezeki.

with 9 comments
Di Balik Layar; Hobi Membawa Rezeki.

Berbicara tentang hobi yang membawa rezeki, sekarang ini sudah banyak contoh nyata di mana dari kegiatan yang digemari bisa menjadikan kantong berisi. Contoh kecilnya kegemaran saya menulis di blog ini, siapa sangka, dari kegiatan yang awalnya hanya untuk menekuni hobi, saya jadi punya tambahan rezeki, yang hasilnya Alhamdulillah bisa buat beli pospak si kecil selama 2-3 mingguan.

Tapi nggak serta-merta juga kamu memperoleh rezeki dari hobi yang ditekuni. Harus ada niat dan usaha yang kuat. Misalnya, kalau kamu hobi fotografi, kamu harus bisa menyajikan hasil foto yang secara maksimal menuangkan imajinasimu melalui foto tersebut, seperti.. menghasilkan foto yang mampu bercerita hanya dengan orang melihatnya.

Selain itu, ide kreatif juga diperlukan agar hobi yang kamu tekuni menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang lain. Bagi kamu yang hobi memasak, kamu harus bisa menyajikan ide kreatif baru dalam setiap resep masakan yang akan kamu buat. Dengan begitu, ide-ide tersebut akan selalu menghasilkan cita rasa baru yang nggak bikin bosan.

Konsistensi adalah hal yang paling menentukan ketika kita berbicara tentang hobi. Memang kegemaran bisa menguap, gitu? Bisa kalau kamu orangnya mudah bosan, maka dari itu.. niat, usaha, ide kreatif akan menjadi poin pendukung yang sangat penting.

Kamu nggak akan mudah bosan ketika kamu menemukan ide kreatif baru setiap hari, niat dan usaha yang nggak setengah-setengah pun akan menunjukkan hasil maksimal dan akan menjadi pengingat ketika kamu mulai bosan. Hal-hal tersebut akan mendukung kamu agar nggak berhenti di tengah jalan dan usaha yang kamu lakukan di awal pun nggak bakal sia-sia dan beujung memuaskan.

Dari semua poin di atas, langkah akhir yang harus kamu lakukan adalah menunjukkan kepada khalayak ramai karya dari hobi yang kamu tekuni tersebut. Seperti halnya Mbak Tanti yang hobi nge-doodle dan membagikannya melalui media sosial serta mengaplikasikannya dalam bentuk pernak-pernik, akhirnya banyak orang tahu dan bukan nggak mungkin orang akan tertarik dan bersedia mengeluarkan pundi-pundi untuk memiliki hasil karya Mbak Tanti tersebut.

Jadi, buat kamu yang memiliki suatu kegemaran, ada baiknya kamu menekuninya dengan sungguh-sungguh, barangkali kamu bisa menjadi salah satu dari sekian orang yang menghasilkan rezeki melalui hobi tersebut. Tapi ya, harus diingat juga, nggak ada yang namanya instan, baru mulai nulis langsung dapat uang itu sesuatu yang mustahil, mie instan saja perlu air yang cukup mendidih agar kamu bisa memakannya.


Sincerely,

Blogger DigitaLife













Send Me Your Questions Here!

edigitalife.id@gmail.com

. . . . . .