Personal Blog: Menuliskan Semua Kisah dan Ulasan tentang Gaya Hidup di Era Digital

About Me
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan

ZenCore; Senyata-nyata "Jalaran Tresno Soko Kulino"

with 21 comments
ZenCore


Halo Buibu yang setiap hari harus siap siaga memantau anak-anak selama PJJ alias Pelajaran Jarak Jauh atau istilah kekiniannya sekolah online.. Masih sehat jiwa dan raga, kah? Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT ya, Buibu, biar bisa selalu ikut mendampingi perkembangan buah hati sekaligus dalam memahami puluhan materi sekolah yang diberikan selama PJJ.

Pilihan antara PJJ dan Sekolah tatap muka ini bagi saya sendiri bagai makan buah simalakama, pengennya sekolah segera kembali normal, masuk Senin sampai Jumat agar anak bisa mengikuti pelajaran dan menerima materi seperti biasa, tapi.. gimana dong keadaan masih seperti ini, malah bikin resah juga kalau dipaksa masuk sekolah. Terus kalau PJJ juga saya berasa kurang maksimal penyampaian materinya, jadi setiap kali Kakak yang sekarang ini ada di kelas 8 bilang "Mah.. Aku belum paham materinya ini, ngerjain tugasnya gimana, Mah?", biasanya kalau sudah begitu saya auto mikir buat cari materi tambahan di Google atau Youtube. 

Akhirnya Kakak Munaqosah TPQ!

with 6 comments
Perjalanan Panjang Sebelum Ikut Munaqosah dan Wisuda TPA/TPQ

Sempat pasrah..


Itu yang saya rasakan ketika Kakak menjadi salah satu anak yang ketinggalan jauh juz ngajinya dibanding sama teman-teman seangkatannya.



Dulu pas awal-awal mulai ngaji, dia emang sering banget diajakin ayah sambang ke rumah mbah buk-nya di Tuban, bahkan nggak cuma di awal saja, bisa dibilang hampir tiap sore. Dan karena jadwal ngajinya juga habis ashar, jadi mau ndak mau kakak bolos ngaji. Sempat kesel sama ayahnya, tapi ya kalau nggak sambang, kasihan mbah buk juga tinggal sendirian di rumah. Akhirnya saya yang harus mengalah, belajar berdamai dengan emosi dan keadaan. Tapi tetap saja, pas kenaikan kelas 5, saya balik galau lagi, lihat teman-teman kakak mulai naik tingkat dari Tilawati ke Al Qur'an. Seketika itu juga, saya mulai memberi pengertian dan bilang ke ayahnya, karena sudah kelas 5, jangan sering-sering diajak perginya, biar dia bisa lebih fokus ngaji mengejar ketertinggalan, kasihan juga kalau ketinggalan jauh sendiri.



Akhirnya setelah sedikit adu argumen sambil bermanja-manja ria #uhuk, titik terang mulai ditemukan: kita ikut sambang mbah buk-nya pas libur sabtu-minggu saja, jadi nggak sering-sering bolos. Saatitu jadwal ngajinya juga diubah dari habis ashar menjadi habis maghrib, istirahat sepulang sekolah pun bisa sedikit agak lama dan cukup untuk mempersiapkan diri menerima "pelajaran" baru, kakak mulai rajin juga dong berangkat ngajinya. Sampai suatu hari saya baru tahu, di tas ngaji kakak sudah ada Al Qur'an dan bukan lagi Tilawati. Waktu itu sudah mepet waktu sholat maghrib, jadi saya nggak bisa langsung mengintrogasi dia, karena mau jamaah di musholla, alhasil cuma bisa menebak-nebak saja. Setelah jamaah isya' dan sepulang dia ngaji, saya akhirnya bertanya ke kakak. "Kak, kok yang dibawa di tas ngaji sekarang Al Qur'an, kak? Kok bukan Tilawati?".. Soalnya terakhir saya lihat buku prestasi ngajinya itu dia masih Tilawati Juz 5 akhir, Si kakak jawab, sambil malu-malu dia bilang kalau sama ustadzah-nya sudah disuruh pindah ke Al Qur'an. Setelah saya simak baca tilawatinya, ternyata memang bacaanya sudah lumayan lancar, baca hijaiyah bersambung pun nggak putus-putus kayak dulu, meski tajwidnya masih perlu diasah lagi, tapi kata ustadzah bisa belajar pelan-pelan sambil memulai juz 1 Al Quran. Buibu, Pasti faham bagaimana bahagianya saya setelah ber-galau-galau ria karena ketertinggalannya #halah.



Kabar  bahagia nggak berhenti di situ saja, beberapa hari kemudian saya menerima kabar yang membuat hati saya kembali berbunga-bunga, setelah mendadak naik tingkat ke Al Quran, kakak katanya mau diikutkan wisuda TPQ/TPA juga. Duh.. terharu akutuuuh. Baru.. saja naik tingkat Al Quran, eh.. nggak lama kemudian dapat kabar kalau mau diikutsertakan wisuda.. campur aduk banget, takut kakak nggak bisa tes-nya, takut ini - takut itu.. tapi tetap, kebahagiaan mengalahkan segalanya.



Karena nggak lama kemudian, segala ketakutan saya terjawab ketika saya tahu ada jam ngaji tambahan setelah sholat subuh, termasuk adanya jadwal "penggemblengan" kakak selama kurang-lebih 9 bulan. Ya.. meskipun bolos tetap kadang dilakukan. Tapi saya salut sama si kakak yang seketika jadi rajin banget, tanpa "digremengi" mamah-nya dia sudah paham akan tanggung jawabnya untuk bangun pagi, sholat subuh dan dilanjut ikut ngaji.

Perjalanan Panjang Sebelum Ikut Munaqosah dan Wisuda TPA/TPQ




Btw.. sudah ada yang tau proses yang harus dilakukan sebelum wisuda TPQ/TPA itu seperti apa nggak sih? Apa??? Sudah???

Okelah, meskipun sudah pada tahu, saya tetap mau cerita tentang wisuda ini #lah. Jadi seperti halnya pendidikan formal (sekolah ataupun kuliah), sebelum wisuda TPQ/TPA ini dilaksanakan, para santriwan-santriwati harus mengikuti test munaqosah. Apa itu tes munaqosah? Kalau versi cerita dari kakak, peserta test harus bisa menghafal surat-surat pendek yang terdapat pada juz 30 di Al Qur'an. Nggak semua, tergantung ustadz/ustadzah-nya minta dibacakan surat apa, jadi semacam acak gitu, kalau kakak sendiri mendapat tugas untuk membaca 4 surat, yakni: Do'a Iftitah versi panjang (Seperti yang dibaca di film Hafalan Sholat Delisa), Al-Mu'minuun, Al-Lahab dan surat terakhir adalah An Naba'.

Untuk Jadwal munaqosah-nya sendiri dilaksanakan 2 minggu sebelum wisuda, bertepatan pada hari Jumat, 1 November 2019. Saya yang saat itu nggak bisa menyaksikan langsung test munaqosah-nya, hanya bisa berdoa semoga kakak diberi kelancaran. Setelah munaqosah selesai, saatnya hari yang dinanti tiba, Wisuda XXVII Santriwan - Santriwati Taman Pendidikan Al Qur'an yang dilaksanakan pada hari Ahad, 24 November 2019 di Gedung Olah Raga kabupaten Lamongan. Duh, deg-deg-an-nya itu, lho..

Sempat mellow pas malamnya nyetrika jubah wisuda si kakak, keinget gimana dulu resahnya saya pas kakak ngajinya tertinggal jauh, dan akhirnya sadar diri juga sih, absensi kakak saja berantakan, mau sejajar sama yang rajin ngaji gimana?? Tetap sajayang penting bisa ngaji lancar, tajwidnya baik, mau butuh waktu berapa lama pun nggak masalah, toh belajar memang nggak sekali baca langsung bisa, belajar nggak pernah ada batasnya. Bahkan pepatah bilang "Belajarlah Sampai ke Negeri Cina". Dan ada juga kata-kata bijak yang mengungkapkan bahwa belajar itu tak mengenal batas usia..

Wah.. jadi panjang nih curhatnya. Baiklah sekian curhat dari mamak-mamak yang lagi bahagia banget. Proud of You Son!!


Sincerely,
Perjalanan Panjang Sebelum Ikut Munaqosah dan Wisuda TPA/TPQ










Teknologi dan Gaya Parenting Generasi Millenial

with 5 comments
 Teknologi dan Gaya Parenting Generasi Millenial, strategi menghadapi pembaca generasi millenial. Tips digital parenting.


Dalam beberapa artikel yang ada, Gen Y atau Generasi Millenial merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menyebut para generasi yang lahir antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2000. Karakteristik dari generasi millenial sendiri cenderung lebih aktif, kreatif, serta memiliki keinginan atau kemampuan dalam menggunakan kecanggihan teknologi semaksimal mungkin. Bisa kita lihat banyaknya pengguna teknologi dari generasi tersebut yang mulai memanfaatkan penggunaan media sosial sebagai sarana berbagi pengalaman dan informasi, sarana untuk menyalurkan hobi, serta sarana dalam melakukan riset bagi sebagian orang.

Tak terkecuali para ibu muda masa kini yang begitu antusias dalam mengumpulkan informasi melalui banyaknya artikel parenting yang tersebar, sebagai pedoman dalam memberi perawatan terbaik bagi anak mereka. Dari beberapa karakter generasi millenial dan antusiasme ibu muda masa kini tersebut, bisa dibilang bahwa teknologi memiliki pengaruh yang lumayan penting dalam penerapan gaya parenting generasi millenial. 

Lalu seperti apa dan bagaimana cara generasi millenial dalam menerapkan gaya parenting dengan dukungan teknologi?

- Gadget. Ibu muda dari generasi millenial cenderung lebih memilih untuk memperkenalkan cara menggunakan teknologi seperti gadget dalam memenuhi hiburan serta menambah pengetahuan si kecil. Saya sendiri kadang berlaku demikian, beberapa alasannya sih, biar si kecil mainnya di rumah saja, kalau siang kan panas, tuh, terus bisa mantau juga apa saja yang dia lakukan saat menggunakan gadget, serta berapa lama waktu yang digunakan untuk dia bermain sehingga nggak mengganggu istirahat siangnya. Bukan berarti mengekang, toh, masing-masing sudah seharusnya sesuai porsi, antara bermain sebagai hiburan, belajar untuk menambah pengetahuan, dan istirahat sebagai upaya menjaga ketahanan badan. Tapi hal tersebut juga harus seimbang, karena pada dasarnya tugas seorang ibu adalah mengarahkan atau membimbing, namun kebebasan anak dalam menentukan pilihan juga tetaplah yang utama. Selama hal tersebut baik, rasanya bukan masalah.

- Open Minded. Memiliki keterbukaan pemikiran dalam memberi dan menerima informasi tentang cara mengasuh atau merawat anak. Jadi sebagai ibu muda generasi millenial yang dikenal super hati-hati dalam menerapkan cara parenting pada anak-anaknya, mereka tentu nggak hanya menelan satu-dua artikel secara mentah, melainkan selalu siap menerima opini berbeda sebagai pembanding untuk kemudian disaring, karena bisa dipastikan akan ada banyak informasi metode parenting berbeda. Dan sudah seharusnya sebagai ibu, kita bisa menyesuaikan ragam informasi yang diterima dengan kondisi anak sebenarnya. Tentunya dengan keterbukaan seperti itu, akan membuat seorang ibu lebih bijaksana dalam menentukan gaya parenting terbaik bagi anaknya.

- Cashless. Dalam memenuhi kebutuhan si kecil, ibu muda generasi millenial cenderung lebih memilih belanja secara online dengan pembayaran CC atau bank transfer daripada harus berpayah-payah ngajak anak keliling pasar dan membayar secara tunai, belum lagi kalau si kecil rewel karena bosan berdesak-desakan di dalam pasar. Hal ini dianggap lebih efektif dan efisien, mengingat e-commerce sekarang juga sudah sangat begitu mudah digunakan. Tapi nggak harus setiap belanja juga, sih. Kalau menurut saya, mengajak anak ke pasar juga penting untuk dilakukan, dari sana kita bisa sedikit demi sedikit mengenalkannya bagaimana cara bersosialisasi secara "guyub dan rukun".

- Media Sosial. Melalui media sosial, segala bentuk rupa aktifitas dan keadaan orang dapat diketahui hanya dengan melihat layar HP. Ada satu ketika kiriman dari teman di grup Buibu facebook yang membahas tentang MPASI bertanya "anak saya susah pup nih, sudah 5 hari belum pup. Kasian :(. Buibu yang pernah punya masalah serupa bisa share solusi atau pengalamannya? Setelah pertanyaan tersebut muncul, bisa dipastikan akan banyak yang berkumpul untuk menyampaiakan beragam pengalaman serta solusi. Tentunya si penanya harus benar-benar pandai untuk memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan anaknya. Di sini peran media sosial akan sangat membantu dalam mencari solusi dari masalah yang dihadapai ibu muda generasi millenial.

Sebagai blogger yang notabene masuk dalam generasi millenial, ibu muda, dan juga ikut serta menerapkan beberapa cara di atas. Dalam menerbitkan tulisan perihal parenting, saya rasa harus benar-benar sesuai pengalaman. Karena seperti yang sudah tertulis di atas, generasi millenial itu orangnya aktif, dalam hal ini ibu muda yang aktif dalam mencari informasi tentang parenting serta kreatif dalam menentukan artikel mana yang akan dijadikan pedoman gaya parenting. Jadi.. bukan nggak mungkin nantinya salah seorang dari sekian banyak ibu muda generasi millenial tersesat dalam tulisan parenting yang kita hasilkan, untuk membuat mereka tertarik dan membaca tulisan lebih lanjut, biasanya akan lebih mudah difahami kalau tulisannya dikemas dengan gaya curhat. Kenapa curhat? Karena pada dasarnya generasi millenial itu orangnya juga kepo, jadi kalau baca tulisan yang berbau-bau curhat gitu pasti pada antusias, tapi tetap kembali pada keabsahan tulisan juga, jangan sampai kita buat artikel hoax tanpa tahu kebenarannya.

Sincerely,

 Teknologi dan Gaya Parenting Generasi Millenial, strategi menghadapi pembaca generasi millenial. Tips digital parenting.







Kenali Alergi Anak Lebih Dini

with 4 comments


Tumbuh kembang anak merupakan hal penting bagi orang tua, sehingga mereka benar-benar memberi konsumsi makanan yang bergizi dan memiliki nutrisi tinggi bagi anak. Selain itu, banyak juga orang tua yang memberi tambahan berupa susu sapi agar tumbuh kembang anak semakin optimal. Namun, nggak jarang beberapa anak memberikan reaksi, salah satunya berupa alergi yang ditandai dengan mual, muntah bahkan diare setelah konsumsi susu sapi. Untuk itu wajib bagi kita sebagai orang tua agar lebih dulu kenali alergi, entah itu tanda, gejala, ataupun pemicunya.

Alergi susu pada masa pertumbuhan memang sangat membingungkan. Hal ini lantaran kebutuhan anak akan nutrisi yang terkandung di dalam susu cukup besar. Maka dari itu, agar kita bisa mendeteksi alergi susu sapi lebih dini, kita terlebih dulu harus tahu informasi tentang tanda gejala alergi serta cara mengatasinya. Selain informasi yang kita peroleh, pemeriksaan ke dokter untuk memastikannya pun harus dilakukan. Dokter sendiri akan melakukan beberapa tahap pemeriksaan seperti cek darah, fesses atau tes alergi pada anak.

Dan kalau anak kita positif mengalami alergi, maka kita sebagai orang tua bisa melakukan beberapa hal berikut sebagai upaya penanganan tambahan;
  • Hindarkan anak dari segala makanan yang mengandung susu sapi. 
  • Produk susu dan segala olahan yang berasal dari susu sapi juga harus dihindari oleh sang Ibu jika buah hati masih dalam masa menyusui. Hal ini karena protein pada susu sapi bisa saja menyatu dalam ASI sehingga membahayakan si kecil. 
  • Gantilah konsumsi susu sapi dengan susu kedelai. 
Tiga poin di atas adalah beberapa hal yang perlu kita lakukan ketika si kecil positif alergi susu sapi. Seperti yang kita tahu, ketika anak mengalami alergi, perut mual atau gatal di beberapa bagian tubuh akan sangat berpengaruh terhadap nafsu makan atau waktu tidur anak, itulah mengapa penting sekali untuk mengetahui tanda/gejala alergi lebih dini serta segera memeriksakan ke dokter ketika anak mengalami gejala alergi, agar sebab alergi bisa diketahui dan orang tua pun bisa mencari solusi alergi anak sejak dini.

Dengan begitu, penanganan pun bisa dilakukan lebih cepat yaitu dengan mengganti susu sapi dan memberikan susu kedelai bagi anak, misalnya. Susu kedelai juga memiliki banyak kandungan yang nggak kalah besar dibanding susu sapi. Salah satu produk susu yang mungkin bisa dijadikan pilihan mungkin susu SGM Soya yang dalam komposisinya mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan si kecil. Tentunya dengan ketentuan waktu minum yang sudah tertera dalam kemasan susu.

Yuk, buibu, kita deteksi alergi pada anak lebih dini..


Arisan Link: Me Time! Cara Tepat Ketika Kesabaran Ibu Berada di Ujung Batas

with 10 comments
Mengatasi kesabaran ibu yang mulai menguap

Being mother is not easy. Apalagi mother of two boys yang super aktif, super jahil, dan super banget bikin emaknya pijetin kening. Ketika si kakak masih belum bisa sepenuhnya mengalah terhadap sesuatu yang diinginkan adiknya, sehingga nggak jarang keduanya saling berebut mainan, beugh. Memang, sih, selisih usia kedua bocil saya terpaut banyak, tapi si kakak yang notabene lebih gedhe suka bener godain Qeis yang taunya cuma nangis kalau kakak pura-pura rebut mainannya. Dasarnya usil, mau dibilangin gimana juga tetap saja, seneng lihat adiknya nangis. Dan di situ saya merasa senewen. Ada nggak, sih, buibu yang punya two boys dan mereka saling usil gitu?

Selain contoh kecil di atas, sebenernya masih banyak lagi kelakuan-kelakuan bocil yang bisa sangat menguji kesabaran ibunya. Seperti yang pernah ditulis oleh salah satu teman blogger; Nova Violita di blog Nashhah yaitu tentang beberapa tingkah laku anak yang bisa menjadikan kesabaran berada di level puncak.

Dilema Musim Hujan, Ruam Merah, dan Popok Sekali Pakai.

with 2 comments
Mengatasi Ruam Merah Karena Popok dan Mengobati Iritasi ringan pada kulit bayi saat musim hujan. Rekomendasi Bedak dan baby cream untuk iritasi ringan pada kulit bayi.

Musim hujan. Musim yang bisa jadi musuh buibu penganut paham "Ah, laundry sih buang-buang duit, mending cuci sendiri di rumah, ya.. anggap saja nyambi olahraga". Jangan salah, di zaman yang serba instan ini, masih ada loh, buibu yang lebih memilih mengerjakan pekerjaan rumah macam mencuci baju secara manual.

Meskipun di musim hujan seperti ini nantinya pakaian kotor bisa saja menumpuk, atau jemuran yang nggak kering-kering karena mataharinya enggan muncul, tapi namanya kebiasaan, mereka pasti memiliki 1001 alasan biar nggak perlu repot-repot bawa pakaian kotor ke tempat laundry.

Permasalahan bagi sebagian buibu yang biasa mencuci secara manual di musim hujan dan ketika itu juga memiliki balita adalah.. popok atau celana dalam balita yang nggak kering-kering sementara cuaca dingin di musim hujan yang bikin balita pipis lebih sering dari biasanya.

Di sini pospak akan sangat membantu meringankan beban cucian buibu, bagi yang belum terbiasa dan belum tau apakah kulit balita rentan terkena iritasi, atau malah yang terlalu sering pakai pospak tanpa memerhatikan waktu gantinya, bukan nggak mungkin ruam merah akan mencari celah pada lipatan paha atau area sensitif lain yang tertutup pospak, sehingga kulit balita akan menjadi merah-merah disertai rasa gatal sekaligus perih, dan itu sungguh sangat menyiksa balita kita. Hiks.

Arisan Link; A Happy Project Plan.

with Leave a Comment
A Happy Project Plan. Bahagia itu Sederhana.

Bahagia itu sederhana. Gegulingan di kasur yang meskipun nggak empuk-empuk banget, tapi kalau formasinya lengkap; Pak Suami - Ezha - Qeis - Saya, sambil rangkul-rangkulan, senyum simpul seakan tanpa kendali menghias di wajah saya dan suasana hangat pun tanpa ragu menyelimuti hati saya.

Bahagia itu sederhana. Karena hanya dengan tersenyum saja, kadang seseorang sudah bisa merasakan makna bahagia yang sesungguhnya. Seperti bagaimana mudahnya kita bisa merasa bahagia, cara untuk menciptakan sebuah kebahagiaan melalui senyuman sendiri bukanlah sesuatu yang rumit.

Arisan Link; Ragam Kado Bermanfaat Bagi Bayi Baru Lahir.

with 4 comments
Ragam Kado Bermanfaat Bagi Bayi Baru Lahir.

Kado terindah yang saya dapat di hari ulang tahun saya; Oktober 2014 kemarin adalah.. saya positif hamil. Kehamilan yang sudah saya tunggu-tunggu. Bahagia dan Terharu. Itu yang saya rasakan. Kehamilan yang penuh dengan drama khas ibu hamil. Dari bulan pertama sampai bulan ke sembilan, gejala-gejala akibat perubahan hormon mulai menampakkan diri, hampir tiap malam saya merengek, ada saja yang terasa sakit lah, nggak nyaman lah, untung suami tercintah selalu siap siaga #lopelope..

Setelah melewati masa-masa penuh drama sembilan bulan lamanya, kado yang lebih indah kembali saya terima, kelahiran bayi mungil yang luar biasa lucunya. Sebagai Ibu, menimang bayi baru lahir dalam dekapan adalah golden moment banget, kehadiran bayi mungil yang tumbuh dan menggeliat di dalam perut saya seakan menjadi penawar rasa sakit yang selama sembilan bulan mewarnai kehamilan saya. Drama selama kehamilan sampai hari lahiran? Lewat lah, pokoknya.

Perkara Idealisme Ibu Muda Masa Kini

with 10 comments
Belajar Menerima Keadaan: Menjadi Ibu yang Tidak Sempurna


"Anaknya nggak full ASI ya, Bund? Kenapa? Padahal bla bla bla.. bla bla bla.." setiap mendengar atau membaca obrolan seperti itu, seketika saya merasa menjadi Ibu yang paling buruk. Yang terlintas di benak saya adalah; betapa sempurnanya ibu A yang berhasil memberi bayinya full ASI, atau ibu B yang dengan rajinnya menyiapkan segala macam kebutuhan untuk MPASI anaknya.

Kalau kata Mbak Noni di postingan "Belajar Menjadi Tidak Sempurna" di website Emak Blogger itu merupakan salah satu bentuk Idealisme ibu-ibu muda masa kini, padahal tanpa mereka tahu idealisme yang kadang berlebihan itu bisa menyinggung perasaan ibu lain yang memiliki cara berbeda dalam merawat bayinya.

Sebenarnya mudah saja, biar nggak tersinggungg, mending jangan ikut nimbrung sama obrolan serupa, tapi ya, namanya ibu, meskipun belum bisa jadi yang "sempurna" tetap saja membutuhkan banyak informasi penting mengenai bayi, jadilah saya masuk dalam percakapan-percakapan yang kadang menyayat hati tersebut. Baperan, yak.

Keputusan yang saya ambil satu tahun lalu adalah memberi tambahan sufor bagi anak saya. Sebagai working mom, menurut saya pilihan itu lebih efisien, stamina tubuh saya bisa lebih terjaga karena waktu yang seharusnya buat pumping, bisa saya manfaatkan untuk istirahat, mengingat kalau malam sudah harus siap siaga setiap mendengar teriakan bayi mungil yang masih belum bisa ganti popok sendiri.

Terdengar egois dan kurang perduli memang. Tapi mencukupi waktu istirahat yang berkurang juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi stres yang ujung-ujungnya kurang baik juga kalau kita mengASIhi dalam keadaan stres.

"Eman loh ASI-nya, manfaatnya kan banyak dan bagus buat bayi."
"Saya masih NgASI kok, kan sufor cuma buat pendukung saja"
"Sufor kan nggak baik buat bayi, Bund" 
"Sufor juga dibuat melalui proses filterisasi sesuai standart yang berlaku, kan, gila saja produsennya kalau berani produksi sufor yang bikin bahaya anak".

Kadang saya menenangkan diri saya dengan alasan-alasan tersebut di atas setiap saya down mendengar atau membaca pertanyaan-pertanyaan innocent dari ibu muda masa kini kebanyakan. Padahal perkataan mereka memang ada benarnya. Hiks.

Baby Qeis


ASI adalah yang terbaik untuk anak, tapi saya percaya, dengan berbagai macam pertimbangan, semua memiliki plus-minusnya sendiri-sendiri, dan nggak seharusnya hal itu dijadikan bahan yang kadang bisa "menyudutkan" ibu-ibu lain ketika menerapkan cara yang berbeda dari idealisme para ibu muda masa kini.

Oke, saya memang nggak bisa jadi ibu yang sempurna karena nggak bisa full ASI, nggak apa-apa saya belum jadi ibu sempurna karena saya nggak bisa bikinin MPASI homemade secara rutin seperti kalian, tapi, sejauh ini alhamdulillah anak saya tumbuh dengan sehatnya, dengan cerianya, dan tanpa banyak drama pada umumnya ketika anak sedang melalui proses untuk menemukan kepintarannya (read; mau tengkurap, gigi tumbuh, bisa jalan, etc).

Sebelumnya juga, saya mohon maaf kepada kalian yang memiliki paham idealisme ibu muda masa kini tersebut, bukan untuk menyalahkan kalian, tapi tulisan ini saya buat hanya untuk melegakan hati saya saja, mumpung lagi ada tema buat curhat, hehehe *tutup muka*. Saya akui kalau kalian memang K E R E N B G T! bisa melakukan hal-hal sempurna yang belum bisa saya lakukan untuk anak saya.

Bukan berarti ibu-ibu yang memiliki paham seperti saya ini nggak sempurna, semua tetap kembali kepada keputusan masing-masing, seorang ibu pasti ingin memberi yang terbaik untuk anaknya, namun adakalanya yang terbaik menurut kamu belum tentu baik juga bagi saya dan anak saya. Sekian dan Terima kasih.


Sincerely,
Lifestyle Blogger









Arisan Link; Siap Menghadapi Ancaman Media Digital Terhadap Anak.

with Leave a Comment
Siap Menghadapi Ancaman Media Digital Terhadap Anak.

Media Digital, sekarang ini media digital bukanlah sesuatu yang awam. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi informasi juga semakin mengalami kemajuan, hal tersebut berpengaruh terhadap maraknya media digital, salah satu teknologi yang saat ini digandrungi banyak orang, bahkan bukan hanya orang dewasa saja yang gemar menggunakan media digital, anak-anak pun mulai menjadikannya sebagai "area bermain".

Seperti yang kita tahu, berbagai macam informasi yang kita butuhkan, bisa dengan mudah didapat. bahkan, media digital bisa menjadi senjata ampuh ketika anak lagi rewel-rewelnya. Sisi positifnya, media digital akan mudah membuat anak anteng hanya dengan mengakses channel youtube dengan video-video animasinya yang menarik perhatian anak. Kita juga nggak perlu terlalu ngoyo ketika membutuhkan informasi tertentu dalam keadaan mendesak, google akan secara cepat menyuguhkan ragam informasi yang kita butuhkan, selain itu, kita juga bisa terhubung dengan sanak-famili, bahkan untuk pasangan LDR, semua menjadi lebih efisien dengan adanya media digital.

Arisan Link: Ketika "Huru-Hara" Terjadi

with 2 comments
Cara Mengatasi perselisihan pada anak
Memiliki banyak anak dalam satu rumah adalah hal yang paling memabukkan. Setuju? Saya sih, yes! Selain kondisi rumah yang layaknya kapal pecah, kita juga akan dipusingkan dengan teriakan, tangisan, pertengkaran, serta aksi rebut-rebutan khas anak kecil yang hampir nggak pernah absen setiap harinya. Di rumah, saya memiliki 1 adik dan 1 anak usia SD ditambah 1 balita yang selalu bikin gemas tapi nggak jarang juga bikin pusing. Ocehan, tangisan dan/atau pertengkaran kecil akibat rebutan mainan bahkan remote TV sudah menjadi makanan sehari-hari, kadang mereka bisa diam hanya dengan satu kali pencegahan, kadang juga "huru-hara" akan semakin sengit ketika bujukan demi bujukan nggak menunjukan hasil.

Salah satu penyebabnya mungkin karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda, sehingga akan berpengaruh pada tanggapan mereka ketika mengartikan sikap atau arahan yang kita sampaikan, ada yang dengan mudah menerima nasehat yang disampaikan, ada pula yang butuh waktu dan melalui drama berkepanjangan untuk mengerti arahan dari kita. Dari sini, rasanya saya harus bisa menemukan solusi untuk sedikit mengurangi intensitas "huru-hara" yang terjadi di rumah. Padahal.. sebagai ibu, Ilmu Parenting sendiri merupakan salah satu bidang yang sampai sekarang belum bisa saya selami secara penuh. Mengutip istilah salah satu Blogger Parenting
 Mbak Wiwid Wadmira "Orang Tua dengan 1001 Keterbatasan" dan saya merupakan bagian dari kutipan tersebut. Selain menjadi Blogger Parenting, Mbak Wiwid sendiri merupakan sosok Ibu dengan dua anak kembar yang dulunya identik dengan tingkah-polah yang sudah saya tuliskan di atas, ada beberapa cara yang diterapkannya dan bisa kita lakukan ketika dihadapkan dengan situasi tersebut. Berikut sedikit ringkasannya;

Perisapan EO Dadakan di Acara Tasyakuran Khitan dan Ultah Anak

with 5 comments
persiapan-tasyakuran-khitan

Event Organizer. Sekarang ini banyak orang terbantu dengan adanya Event Organizer. Mulai dari pesta pernikahan, promosi suatu produk, sampai dengan acara anak-anak pun sekarang sudah tersedia Event Organizer untuk mempersiapkan segala macam keperluannya. Jadi penyelenggara tinggal duduk manis dan terima jadi tanpa pusing riwa-riwi.

Dengan mengesampingkan semua kemudahan-kemudahan tersebut, saya mencoba menjadi EO dadakan untuk acara kecil-kecilan yang akan saya adakan akhir pekan ini. Acara Tasyakuran Khitan dan Ultah anak pertama saya. Jadi sebelum saya terjun menjadi Event Organizer dadakan,terlebih dulu saya mengumpulkan informasi apa saja yang perlu dipersiapkan untuk sebuah acara Tasyakuran dengan kurang lebih 150 undangan anak-anak.

Persiapan Untuk Acara Tasyakuran Khitan Kakak


Dan akhirnya, inilah beberapa persiapan yang sudah saya susun dalam rangka menjadi Event Organizer dadakan:

- Anggaran.


Pertama adalah menyiapkan anggaran. Ini sangat penting, karena dari awal saya memang memiliki niat untuk mengadakan tasyakuran dengan mengundang teman-teman bocil. Tentunya saya harus mematok anggaran yang disediakan agar nggak kebablasan waktu membeli atau membayar segala keperluan yang dibutuhkan.

- Tanggal Pelaksanaan.


Menentukan kapan acara tersebut akan berlangsung. Nggak seperti orangtua lain yang sengaja meng-khitan anaknya pas liburan sekolah agar nggak mengganggu pelajaran, saya lebih memilih hari lahir bocil untuk meng-khitannya, dan itu tepat 2 minggu sebelum UTS di sekolahnya berlangsung.

Nekat banget, yak. Sebenernya waktu yang tepat untuk khitan anak sendiri adalah pas musim libur sekolah, selain nggak mengganggu pelajaran, biasanya kalau musim libur sekolah beberapa bidan/dokter memberikan harga khusus untuk biaya khitannya.

- Undangan dan Hiasan Dinding.


Saya lebih memilih undangan jadi yang sekarang ini sangat mudah didapat. Alasannya sih, saya nggak berhasil menemukan percetakan undangan yang sesuai dengan keinginan saya, dan kalau misal ada kekurangan nanti tinggal beli lagi yang seragam.

Kebetulan di sekitar rumah saya ada minimarket yang sedia perlengkapan untuk acara anak-anak, seperti balon, topi ulang tahun untuk undangan, cetakan tulisan khas acara ulang tahun dan berbagai hiasan dinding lucu bisa saya dapatkan di sana. Untuk dinding-dindingnya, saya menggunakan banner yang sudah saya desain sendiri jauh-jauh hari, dan tinggal dibawa ke percetakan banner terdekat.

- Souvenir dan Snack.


Jujur, masalah souvenir ini saya agak bingung, banyak sekali pilihan dengan beragam harga. Sengaja saya cari online untuk menghemat waktu juga, dan setelah tanya sana-sini, stalking akun-akun online shop di Instagram serta website jasa souvenir, akhirnya saya menemukan satu online shop di Instagram yang barangnya, tas punggung, sesuai dengan keinginan saya, pengirimannya pun dari kota tetangga, ini jadi pertimbangan banget karena mempengaruhi biaya ongkir, ya.. barang yang dikirim kan, nggak cuma 1-2 kilogram.

Untuk snack, mengingat ini acara untuk anak-anak, saya memilih 5 jenis snack untuk dibawa pulang setelah acara selesai, ke 5 snack tersebut nantinya akan saya masukkan ke dalam tas punggung dengan full print karakter kartun kesukaan anak-anak.

- Konsumsi.


Karena yang akan jadi seksi sibuk di dapur adalah koki andalan keluarga, yakni Ibu saya sendiri, tentunya saya berunding lebih dulu dengan beliau. Dan pilihan kami jatuh pada Makanan Khas dari Lamongan, bukan, bukan boranan, melainkan Soto Ayam Lamongan dan nggak ketinggalan koyah gurihnya. Untuk minumannya saya memilih Es Kopyor dengan sirup pandan hijau. Beugh.. Syeger banget pastinya.

- Hiburan.


Kebetulan saya memiliki teman yang punya usaha di bidang jasa hiburan anak-anak, jadi nggak ada salahnya saya coba tanya-tanya dulu, mengenai paket harga yang ditawarkan, dan ternyata harganya sesuai dengan anggaran yang saya siapkan. Jadi, ya.. Jadilah saya pakai jasa hiburan anak milik teman saya tersebut.

Semoga dengan kiprah saya sebagai Event Organizer dadakan dan beberapa persiapan di atas, rencana saya untuk mengadakan Tasyakuran Khitanan dan Ultah Bocil dapat berjalan dengan lancar. Amin! :D


Sincerely, 

Menjadi Event Organizer Dadakan di Acara Tasyakuran Khitan dan Ultah Bocil.

Send Me Your Questions Here!

edigitalife.id@gmail.com

. . . . . .