Personal Blog: Menuliskan Semua Kisah dan Ulasan tentang Gaya Hidup di Era Digital

About Me

"Pondok Bambu" A Place To Remember

with 12 comments
Ada yang pernah menuntut ilmu di Pondok Pesantren nggak? Pondok Pesantren. Identik dengan kebersamaan. Identik dengan keceriaan. Identik dengan kesedihan. Dan.. Di sana, kita bisa saling berbagi. Tentang segala hal. Agar kita bisa saling mengerti.

Pondok Bambu
Source: Ilustrasi I
Al-Ishlah Islamic Boarding School. Pondok pesantren (yang dalam blogpost kali ini akan saya sebut dengan Pondok Bambu. Alasannya... Baca sampai selesai, dong.. :p) sekaligus Instansi Pendidikan SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung-Paciran-Lamongan. Tempat di mana saya menuntut ilmu dari tahun 2001 s/d 2004. Waktu itu saya memasuki Sekolah Menengah Pertama atau biasa disebut dengan SMP. Dengan wajah yang masih imut-imut sekali tentunya *insert accomplised emot here*. Saya menemukan banyak teman di sana, dari luar daerah di sekitar tempat tinggal saya. Dari 14 kamar yang digunakan santriwati, Dar Khadijah 3, adalah Dar yang menjadi kamar pertama saya di pondok. Dar sendiri merupakan sebutan untuk kamar bagi santriwati pondok. Di sana saya bertemu dengan Rif, Estri, Yusri, Wati, Zila, Melin, Wulan, dan masih banyak lagi teman baru lainnya. Mereka yang pertama kali menjadi teman sekamar saya di Dar Khadijah 3. Seperti orang yang tidak punya beban, hampir setiap malam di kamar, kita habiskan dengan guyonan-guyonan ringan yang menenangkan. Untuk teman yang masih belum sepenuhnya kerasan, saya dan teman-teman yang lain berusaha untuk menghiburnya. Karena kita semua memang jauh dari keluarga. Jadi sekarang, kita akan membangun keluarga baru, keluarga kecil yang penuh dengan kesederhanaan di pondok bambu. Untuk saling mendukung, saling menguatkan, dan saling membantu. Jauh dari orang tua, jauh dari sanak saudara, teman adalah kerabat di sana, teman adalah segalanya. Melengkapi perjuangan yang wajib ditempuh dalam sebuah kehidupan. Pendidikan.


Pondok bambu. Pondok yang dikelilingi dengan rerimbunan pohon bambu, udara sejuk, semilir angin, dan suara riuh ketika pepohonan bambu disapa angin, kerap kali saling bersautan. Mengantarkan saya bersama teman-teman saya untuk berangkat mencari ilmu, melewati jalan setapak yang memisahkan antara rerimbunan pohon bambu dengan lapangan di belakang Dar khadijah yang biasa digunakan oleh para santriwan untuk melakukan kegiatan olah raga, sepak bola. Setiap pagi setelah sholat subuh, kita ber-muhadatsah (percakapan dengan bahasa arab maupun bahasa inggris, tujuannya agar setiap santriwati bisa menggunakan kedua bahasa itu dengan baik dan benar, dengan jadwal pembagian satu minggu untuk tiap bahasa, dan berlanjut untuk seterusnya) dengan suara lantang yang saling bersautan, di bawah rerimbunan pohon bambu yang menjadi favorit para santriwati ketika itu. Orang tua santriwati pun, kebanyakan lebih suka menggelar tikar di bawahnya, ketika mereka datang mengunjungi anak-anaknya. Rujak-an, makan-makan, dan berbagai kegiatan lain tampak sangat menyenangkan jika dilakukan di sana. Bahkan banyak, ketika hari libur tiba, santriwati menggelar tikar di bawahnya, entah itu untuk membaca novel islami yang dipinjam dari perpustakaan pondok ataupun sekadar berbincang kesana-kemari sambil tiduran.

Pondok bambu. Banyak sekali kejadian-kejadian yang sangat lekat dengan kenangan. Menghabiskan waktu selama kurang lebih 3 tahun di sana. Membangun kenangan yang tak akan pernah bisa terlupakan. Teman, sahabat, para Ustadz dan Ustadzah, dan setiap sudut tempat di pondok bambu, seakan memberikan sumbangsih kenangan tersendiri di memori saya. Semua sesuai dengan porsinya. Teman yang kadang bikin senang dan bikin uring-uringan. Sahabat yang selalu pengertian dan bersedia menjadi ruang untuk menumpahkan segala keluh kesah yang saya rasakan. Ustadz-Ustadzah yang sering kali memberi saya hukuman kalau saya tidak menghafalkan hadits, tafsir, atau pelajaran diniyah lain yang ditugaskan, bahkan mereka tidak segan memberikan hukuman kalau saya dan teman-teman saya telat datang ke kelas. Ah, sungguh semua itu kenangan yang tidak dapat terlupakan. Apa lagi tergantikan. Belum lagi antrean-antrean yang telah saya khatamkan di sana, mulai dari antre untuk mengambil makan, antre untuk mandi, bahkan antre untuk mengambil air wudlu. Dari antrean panjang untuk mengambil makam, setelahnya saya menemukan kebahagiaan, makan bersama teman-teman, berkumpul, dan, yah.. Ritual wajib bagi saya dan teman-teman saya sesudah makan, ngoceh sana-sini sampai benar-benar bosan. Bukan ibu-ibu, wanita, perempuan atau cewek saja, loh, yang doyan ngoceh. Santriwati, punUps. Lanjut setelah makan, saya dan teman-teman saya akan mengantri mandi, dengan antrian yang.. Bukan membosankan, sih. Karena di sana kita akan melanjutkan ritual setelah makan tadi. Entahlah, seakan tidak ada habisnya, ada saja yang jadi bahan omongan, yang kemudian menjadi canda, tawa, yang penuh dengan kebahagiaan. Tapi.. Setelah itu.. Waktu seakan mengejar. Iya, Saya dan teman-teman saya akan berlarian, karena bel bunyi masuk kelas sudah meraung-raung terdengar. Itulah kesalahan santriwati yang doyan omong. Telat masuk kelas. Hukuman menunggu di ujung lorong-lorong kelas. Dan rasa segar sesudah mandi, pun, seakan menguap ketika saya dan teman-teman saya sampai di dalam kelas. Karena tetesan keringat yang sudah membasahi pakaian dan sebagian badan kita. Tapi, bukankah berarti itu sehat? Hahaha.. Aaahh.. Hal terseru dari yang paling seru. (aku harap kalian bisa merasakan bahagia yang saya rasakan ini) Ternyata.. Tidak selamanya kesalahan akan menghadirkan sesal. Lihatlah kesalahan saya bersama teman-teman saya ini, bahkan otak pun enggan untuk sekadar melupakan pengalaman yang belum tentu semua orang bisa merasakannya. Meskipun kadang selisih paham di antara saya dan teman-teman saya juga terjadi, dan tidak bisa dihindari. Namun, mungkin itulah kebersamaan, yang tidak akan lengkap rasanya tanpa hal-hal yang kekanak-kanakan. Lucunya, biasanya kalau ada satu teman yang dimusuhi, maka teman yang lain akan ikut-ikutan untuk memusuhi teman yang dimusuhi tadi (agak ribet, memang) Dan itu sungguh membuat saya berpikir sekarang, kenapa hal seperti itu bisa terjadi, ya? Hahaha.. Masa muda memang masa yang tidak pernah mudah untuk ditebak. Dan tentunya tidak mudah pula untuk dilupakan. Miss You All.. My Dearest Friends.. *insert lope-lope, and hugkiss emot here*


Al-Ishlah Islamic Boarding School
All My Friends In Third Class Of  C - After UN

Al-Ishlah Islamic Boarding School
All My Friends In Third Class Of  C - After UN


Ketika kamu melewati suatu tempat, di mana tempat itu menyimpan banyak sekali kenangan manis masa lalu, besar kemungkinan kamu akan larut kedalamnya, seketika itu juga. Dan, hal itulah yang saya rasakan setiap kali saya melewati Pondok Bambu. Meskipun sekarang, semua bangunan sudah mulai mengalami perkembangan. Tapi kenangan akan tetap tinggal di dalamnya, bersamanya. Dan.. Pondok Bambu, tidak akan hadir rasa bahagia itu, tanpa adanya kamu. Terima kasih untuk semuanya.

A Place To Remember Giveaway

Giveaway:  A Place To Remember
A Place To Remember Giveaway

PS:

  • Foto Ilustrasi diambil dari Google Image dan sudah disertakan source-nya. Aku nggak ada dokumentasi foto, sih.. Maklum, di Pesantren dulu gak boleh dan sangat dilarang bawa alat-alat semacam itu :((
  • Foto paling bawah, itu foto pas habis Ujian Nasional. Masih pake kamera yang hasilnya harus di cuci dulu baru kemudian dicetak. Setiap murid kebagian cetakan fotonya. Dan, supaya aku gak kehilangan satu-satunya foto itu.. Aku scan, deh :))
. . .

12 komentar:

  1. Whoaaa... Kenangan tak terlupakan niih.. Aku jg suka ada perasaan gmn gitu kalo main2 ke sekolah dimana dulu ngga cuna meninma ilmu, tapi teman2 dan sagala serba sebinya.

    Makasih sdh ikutan GA ku yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi.. Sama-sama Mak Noe.. Menulis dan berbagi pengalaman sekalian ikut GA mak.. Siapa tau menang.. hahaa..

      Hapus
  2. Hahahaha... seru ya...
    boleh ralat dikit enggak? qt dulu khodijah 3 say, khodijah 4 blm dibangun... trus kamar qt dulu itu anaknya paling badung2, sampai bikin OPPI ngomel tiap hari hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ya? Khodijah 3.. Hahaha thanks mbak mel.. *brb edit*

      Paling rame, hampir tiap malam pintu dar digedor sama OPPI soalnya kalo ketawa berasa pake toa.. Haha..

      Hapus
  3. Hahahaha... seru ya...
    boleh ralat dikit enggak? qt dulu khodijah 3 say, khodijah 4 blm dibangun... trus kamar qt dulu itu anaknya paling badung2, sampai bikin OPPI ngomel tiap hari hahahaha

    BalasHapus
  4. Pondok Bambu yang penuh kenangan neh...
    Kalo saya lihat pohon pepaya, kenangan SLTA langsung muncul. Kenapa? Di belakang sekolah berjajar pohon pepaya dan biasanya saya yang secara rutin memanfaatkan buahnya ketika kegiatan ekstra. Kadang dibuat rujak, kadang dimakan setengah matang begitu saja, kadang dimakan kalo buah sudah matang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh.. Kalo soal buah, sih, di pondok dulu adanya pohon mangga. Yang pasti kalo waktunya berbuah teman-teman suka dibikin rujak. Seger.. hahaha ..

      Hapus
  5. Ehmmm.,
    Quote-nya keren!
    Jadi ingat masala lalu manis saya.. Hehehe

    Salam..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, mas.
      Masa lalu manis memang susah buat dilupakan dan memang pantas untuk dikenang, mas.

      Hapus
  6. masa-masa di sekolah memang tidak pernah terlupakan ya... :)

    BalasHapus
  7. Terima kasih sudah berpartisipasi di GA ini ya. Good luck :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mak.. Senang bisa berpartisipasi.. Ditunggu pengumuman pemenangnya.. Moga aja ada yang nyangkut salah satu hadiahnya. Hahaha.. :D

      Hapus

Spamming? Nope!

Send Me Your Questions Here!

edigitalife.id@gmail.com

. . . . . .