Personal Blog: Menuliskan Semua Kisah dan Ulasan tentang Gaya Hidup di Era Digital

About Me

Perkara Idealisme Ibu Muda Masa Kini

with 10 comments
Belajar Menerima Keadaan: Menjadi Ibu yang Tidak Sempurna


"Anaknya nggak full ASI ya, Bund? Kenapa? Padahal bla bla bla.. bla bla bla.." setiap mendengar atau membaca obrolan seperti itu, seketika saya merasa menjadi Ibu yang paling buruk. Yang terlintas di benak saya adalah; betapa sempurnanya ibu A yang berhasil memberi bayinya full ASI, atau ibu B yang dengan rajinnya menyiapkan segala macam kebutuhan untuk MPASI anaknya.

Kalau kata Mbak Noni di postingan "Belajar Menjadi Tidak Sempurna" di website Emak Blogger itu merupakan salah satu bentuk Idealisme ibu-ibu muda masa kini, padahal tanpa mereka tahu idealisme yang kadang berlebihan itu bisa menyinggung perasaan ibu lain yang memiliki cara berbeda dalam merawat bayinya.

Sebenarnya mudah saja, biar nggak tersinggungg, mending jangan ikut nimbrung sama obrolan serupa, tapi ya, namanya ibu, meskipun belum bisa jadi yang "sempurna" tetap saja membutuhkan banyak informasi penting mengenai bayi, jadilah saya masuk dalam percakapan-percakapan yang kadang menyayat hati tersebut. Baperan, yak.

Keputusan yang saya ambil satu tahun lalu adalah memberi tambahan sufor bagi anak saya. Sebagai working mom, menurut saya pilihan itu lebih efisien, stamina tubuh saya bisa lebih terjaga karena waktu yang seharusnya buat pumping, bisa saya manfaatkan untuk istirahat, mengingat kalau malam sudah harus siap siaga setiap mendengar teriakan bayi mungil yang masih belum bisa ganti popok sendiri.

Terdengar egois dan kurang perduli memang. Tapi mencukupi waktu istirahat yang berkurang juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi stres yang ujung-ujungnya kurang baik juga kalau kita mengASIhi dalam keadaan stres.

"Eman loh ASI-nya, manfaatnya kan banyak dan bagus buat bayi."
"Saya masih NgASI kok, kan sufor cuma buat pendukung saja"
"Sufor kan nggak baik buat bayi, Bund" 
"Sufor juga dibuat melalui proses filterisasi sesuai standart yang berlaku, kan, gila saja produsennya kalau berani produksi sufor yang bikin bahaya anak".

Kadang saya menenangkan diri saya dengan alasan-alasan tersebut di atas setiap saya down mendengar atau membaca pertanyaan-pertanyaan innocent dari ibu muda masa kini kebanyakan. Padahal perkataan mereka memang ada benarnya. Hiks.

Baby Qeis


ASI adalah yang terbaik untuk anak, tapi saya percaya, dengan berbagai macam pertimbangan, semua memiliki plus-minusnya sendiri-sendiri, dan nggak seharusnya hal itu dijadikan bahan yang kadang bisa "menyudutkan" ibu-ibu lain ketika menerapkan cara yang berbeda dari idealisme para ibu muda masa kini.

Oke, saya memang nggak bisa jadi ibu yang sempurna karena nggak bisa full ASI, nggak apa-apa saya belum jadi ibu sempurna karena saya nggak bisa bikinin MPASI homemade secara rutin seperti kalian, tapi, sejauh ini alhamdulillah anak saya tumbuh dengan sehatnya, dengan cerianya, dan tanpa banyak drama pada umumnya ketika anak sedang melalui proses untuk menemukan kepintarannya (read; mau tengkurap, gigi tumbuh, bisa jalan, etc).

Sebelumnya juga, saya mohon maaf kepada kalian yang memiliki paham idealisme ibu muda masa kini tersebut, bukan untuk menyalahkan kalian, tapi tulisan ini saya buat hanya untuk melegakan hati saya saja, mumpung lagi ada tema buat curhat, hehehe *tutup muka*. Saya akui kalau kalian memang K E R E N B G T! bisa melakukan hal-hal sempurna yang belum bisa saya lakukan untuk anak saya.

Bukan berarti ibu-ibu yang memiliki paham seperti saya ini nggak sempurna, semua tetap kembali kepada keputusan masing-masing, seorang ibu pasti ingin memberi yang terbaik untuk anaknya, namun adakalanya yang terbaik menurut kamu belum tentu baik juga bagi saya dan anak saya. Sekian dan Terima kasih.


Sincerely,
Lifestyle Blogger









. . .

10 komentar:

  1. Hehehe...capek juga ya, kalo harus saling memojokkan. Sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Semua ada kelebihan dan kekurangannya. Pilihan ada di tangan masing-masing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mak. Setiap keputusan pasti ada pertimbangannya masing-masing. Kalau saya tergantung situasi dan kondisi, sih, Mak, kalau pas lagi sensitif saya pasti baper kalau baca obrolan2 macam itu. Hehehe ^^

      Hapus
  2. Ini nih kalau kadar sotoy nglunjak jadi gini nih adanya nyakitin orang. Saya sendiri yg hidup dgn bayi 1 tahun plus saudara dekat yg juga punya bayi juga srg ngalamin kayak gini. Tapi ya saya diem aja.

    BalasHapus
  3. Tau ga Maks...dipikir enakan jadi ibu jaman dulu kali ya? Ga ada FB, twitter, IG, sebagai ajang membully. Kita mo kasih sufor sbg pendamping ASI ga ada yg komen. Wong sering juga, DSA yg menyarankan, spy babynya ga kurang gizi. Kan Mama yg paling tahu kebutuhan baby yg terbaik. Jadi...jalani aja dng gembira. Jangan baper ya Maks...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. bener juga ya, Mak.. sosial media juga ikut andil dalam hal beginian, toh saya sering baca obrolan macam ini lewat sosial media..

      Hapus
  4. pasti ketemu aja sm yg model begitu2, kayaknya udh tersebar di seluruh oenjuru dunia deh ya mbk,
    aku sm kayak dikau mbk, kalau mood lg cucok ya gk bakal bikin baper omingan bgiu2, tp kalau lg gk mood apalagi lg pms, duuuhhh, rasanyaaaa...maknyonyor deh nih hatik

    BalasHapus
  5. Mengasuh anak itu seperti mempercayai sebuah agama. Asuhlah anakmu sesuai keyakinanmu masing2. Semangat, mak! :)

    BalasHapus
  6. Mantepin apa yg menurut kita benar deh. Nggak full asi bkn brarti males atau nggak mau ngasih. Mgkn emang keadaannya gitu

    BalasHapus
  7. woles ae mbak. komentar yang paling ngayemi adalah, "yang penting anaknya sehat."

    hehe...

    BalasHapus
  8. Segala sesuatu pasti punya pilihan yang terbaik untuk anak ya mba. Anak sehat, hati senang :)

    BalasHapus

Spamming? Nope!

Send Me Your Questions Here!

edigitalife.id@gmail.com

. . . . . .