Personal Blog: Menuliskan Semua Kisah dan Ulasan tentang Gaya Hidup di Era Digital

About Me
Tampilkan postingan dengan label Random. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Random. Tampilkan semua postingan

Slice Of Life di Tengah Coronavirus Outbreak Part 2

with Leave a Comment
Slice of Life


Setelah curhatan saya tentang Sepenggal Kehidupan di awal masa pandemi, kali ini saya akan sedikit curhat lagi tentang saya yang selalu mendapat hasil positif mulai dari rapid test, swab antigen, ataupun PCR padahal saya dalam keadaan baik-baik saja.

Jadi bertepatan pada hari Selasa di pertengahan bulan Januari 2021, sekitar jam 11 siang, tiba-tiba salah satu atasan saya datang ke kantor dan melihat teman-teman pada pakai jaket, maklum beberapa hari sebelumnya mereka memang kehujanan pas pulang kerja, dan salah satu teman saya langsung terkena flu parah, yang lain masih di tahap meriang, sementara saya masih stay cool karena Alhamdulillah di hari itu saya nggak merasakan gejala flu apapun. Melihat keadaan penghuni kantor yang pada lesu, atasan saya auto bilang;

"Loh.. Kok pada pakai jaket? Kalian sakit?"

"Ya udah besok antigen semua"

Ketika mendengar atasan memberi intruksi untuk segera melakukan swab antigen satu kantor, dan mengingat saat itu saya yang paling "sehat" sendiri, jadi saya auto sigap mencari informasi rumah sakit di Lamongan yang menyediakan swab antigen, karena dulu antigen kan masih baru dan masih susah dicarinya kan, jadi belum semua rumah sakit menyediakan antigen ini.

Setelah menghubungi 3 rumah sakit buat tanya-tanya cara pendaftaran, biaya, dan prosedur, dan administrasi yang harus disiapkan,  pilihan kami saat itu adalah melakukan antigen di RSIA Nasrul Ummah, selain administrasinya bisa diselesaikan secara online slash hanya lewat whatsapp saja, harga swab nya juga terbilang lebih ramah di kantong, ya.. meskipun nanti dapat reimburse dari kantor kan sebagai karyawan yang baik harus tetap merhatiin pengeluaran kantor juga kan..

Hari rabu berkas administrasi yang dibutuhkan sudah terkumpul dan dikirim ke tim admin RSIA, dan hari kamisnya petugas swab antigen dari RSIA datang ke kantor dengan membawa alat-alat yang dibutuhkan. Cepet banget ya prosesnya? Iya kebetulan salah satu teman kantor suaminya ada yang kerja di bagian administasi rumah sakitnya, jadi prosesnya bisa terselesaikan dengan cepat dan nggak ribet.

Oke lanjut ke cerita swab antigen..

Seperti yang saya bilang di atas, karena saya merasa sangat sehat sendiri, saya begitu PD mempersiapkan segala yang dibutuhkan, pun PD minta swab di urutan awal, waktu itu saya dapat nomor 3 kalau nggak salah. Sambil antri, sambil haha-hihi, tanpa rasa takut sedikitpun, jadi bisa dipastikan imun saya lagi bagus-bagusnya. Karena saya sendiri termasuk warga negara yang super patuh dengan prokes yang diterapkan di awal pandemi dulu, berbagai tips kesehatan saya lakukan agar saya terjaga dari virus yang membuat resah seluruh isi dunia itu.

Ketika tiba giliran saya, saya tanya-tanya ke petugas yang kebagian ambil sampel, "Pak untuk hasilnya nanti bisa langsung keluar atau gimana ya?"  petugas bilang kalau hanya perlu nunggu kurang-lebih 3 jam dan hasil bisa diambil ke RSIA dengan membawa surat pengantar beserta bukti bayarnya, tapi karena pasiennya adalah kita para emak-emak rempong nan tangguh dari Insani Land, bapak petugasnya disekap di kantor sampai hasilnya keluar dong XD

Dan ternyata... Lagi-lagi niat baik, usaha, dan rasa PD saya berbanding terbalik dengan hasil swab antigen yang saat itu sudah jelas menunjukkan kalau garis merahnya ada 2. Yak.. Saya positif. Duh rasanya nano-nano seru, saya sehat banget lo ya, bahkan teman saya yang flu-nya parah saja dia negatif? Nggak salah? Wah.. Auto anjlok imun saya waktu itu.

Tapi the show must go on kan.. Saya dan teman-teman yang mendapat hasil positif langsung pulang ke rumah masing-masing buat nerapin protokol isolasi mandiri. Karena kata petugas dari RSIA kalau gejalanya nggak parah bahkan nggak ada gejala sama sekali, nggak perlu swab PCR lagi karena hasil dari antigen sebenarnya sudah akurat, jadi kita cukup istirahat di rumah saja dan menjaga serta meningkatkan imun dengan konsumsi makanan yang lebih bernutrisi lagi.

Kita sih oke saja, tapi peraturan kantor tetaplah peraturan, kita lanjut ke PCR dan kantor mulai lockdown, kita WFH selama 2 minggu lebih karena seperti antigen, hasil PCR pun positif.  Padahal menurut saya, dana budget buat PCR nya mending dikasih ke kita yang hasil antigennya positif saja, lumayan bisa buat beli kebutuhan lain, karena selama isoman pun ternyata banyak yang harus disiapkan seperti konsumsi makanan yang lebih bernutrisi, booster vitamin d3 1000, vitamin C dan beberapa booster lainnya yang bisa dibeli di toko online kesehatan mengingat kita lagi isoman kan.

Tapi saya  bersyukur banget, karena akhirnya saya bisa istirahat agak lama di rumah, setelah berbulan-bulan jatah libur diundur terus karena mengikuti peraturan pemerintah, selain itu.. karena saya nggak mengalami gejala sama sekali, saya tetap bisa melakukan aktivitas seperti biasa di rumah, dengan menjaga jarak dan tentunya menerapkan protokol kesehatan.

Jadi kesimpulannya.. semua ada hikmahnya, dari hasil positif tersebut kita akhirnya memiliki waktu berkumpul dengan keluarga lebih lama, mengistirahatkan diri dan pikiran dari pekerjaan yang kadang bikin bosan juga yakan..

Oke, sekian slice of life di tengah coronavirus outbreak part 2 versi saya.. Kalau kalian sudah pernah kebagian jatah positif dari mbak nana ini belum? Sharing, yuks!

Slice of Life









Akhirnya Kakak Munaqosah TPQ!

with 6 comments
Perjalanan Panjang Sebelum Ikut Munaqosah dan Wisuda TPA/TPQ

Sempat pasrah..


Itu yang saya rasakan ketika Kakak menjadi salah satu anak yang ketinggalan jauh juz ngajinya dibanding sama teman-teman seangkatannya.



Dulu pas awal-awal mulai ngaji, dia emang sering banget diajakin ayah sambang ke rumah mbah buk-nya di Tuban, bahkan nggak cuma di awal saja, bisa dibilang hampir tiap sore. Dan karena jadwal ngajinya juga habis ashar, jadi mau ndak mau kakak bolos ngaji. Sempat kesel sama ayahnya, tapi ya kalau nggak sambang, kasihan mbah buk juga tinggal sendirian di rumah. Akhirnya saya yang harus mengalah, belajar berdamai dengan emosi dan keadaan. Tapi tetap saja, pas kenaikan kelas 5, saya balik galau lagi, lihat teman-teman kakak mulai naik tingkat dari Tilawati ke Al Qur'an. Seketika itu juga, saya mulai memberi pengertian dan bilang ke ayahnya, karena sudah kelas 5, jangan sering-sering diajak perginya, biar dia bisa lebih fokus ngaji mengejar ketertinggalan, kasihan juga kalau ketinggalan jauh sendiri.



Akhirnya setelah sedikit adu argumen sambil bermanja-manja ria #uhuk, titik terang mulai ditemukan: kita ikut sambang mbah buk-nya pas libur sabtu-minggu saja, jadi nggak sering-sering bolos. Saatitu jadwal ngajinya juga diubah dari habis ashar menjadi habis maghrib, istirahat sepulang sekolah pun bisa sedikit agak lama dan cukup untuk mempersiapkan diri menerima "pelajaran" baru, kakak mulai rajin juga dong berangkat ngajinya. Sampai suatu hari saya baru tahu, di tas ngaji kakak sudah ada Al Qur'an dan bukan lagi Tilawati. Waktu itu sudah mepet waktu sholat maghrib, jadi saya nggak bisa langsung mengintrogasi dia, karena mau jamaah di musholla, alhasil cuma bisa menebak-nebak saja. Setelah jamaah isya' dan sepulang dia ngaji, saya akhirnya bertanya ke kakak. "Kak, kok yang dibawa di tas ngaji sekarang Al Qur'an, kak? Kok bukan Tilawati?".. Soalnya terakhir saya lihat buku prestasi ngajinya itu dia masih Tilawati Juz 5 akhir, Si kakak jawab, sambil malu-malu dia bilang kalau sama ustadzah-nya sudah disuruh pindah ke Al Qur'an. Setelah saya simak baca tilawatinya, ternyata memang bacaanya sudah lumayan lancar, baca hijaiyah bersambung pun nggak putus-putus kayak dulu, meski tajwidnya masih perlu diasah lagi, tapi kata ustadzah bisa belajar pelan-pelan sambil memulai juz 1 Al Quran. Buibu, Pasti faham bagaimana bahagianya saya setelah ber-galau-galau ria karena ketertinggalannya #halah.



Kabar  bahagia nggak berhenti di situ saja, beberapa hari kemudian saya menerima kabar yang membuat hati saya kembali berbunga-bunga, setelah mendadak naik tingkat ke Al Quran, kakak katanya mau diikutkan wisuda TPQ/TPA juga. Duh.. terharu akutuuuh. Baru.. saja naik tingkat Al Quran, eh.. nggak lama kemudian dapat kabar kalau mau diikutsertakan wisuda.. campur aduk banget, takut kakak nggak bisa tes-nya, takut ini - takut itu.. tapi tetap, kebahagiaan mengalahkan segalanya.



Karena nggak lama kemudian, segala ketakutan saya terjawab ketika saya tahu ada jam ngaji tambahan setelah sholat subuh, termasuk adanya jadwal "penggemblengan" kakak selama kurang-lebih 9 bulan. Ya.. meskipun bolos tetap kadang dilakukan. Tapi saya salut sama si kakak yang seketika jadi rajin banget, tanpa "digremengi" mamah-nya dia sudah paham akan tanggung jawabnya untuk bangun pagi, sholat subuh dan dilanjut ikut ngaji.

Perjalanan Panjang Sebelum Ikut Munaqosah dan Wisuda TPA/TPQ




Btw.. sudah ada yang tau proses yang harus dilakukan sebelum wisuda TPQ/TPA itu seperti apa nggak sih? Apa??? Sudah???

Okelah, meskipun sudah pada tahu, saya tetap mau cerita tentang wisuda ini #lah. Jadi seperti halnya pendidikan formal (sekolah ataupun kuliah), sebelum wisuda TPQ/TPA ini dilaksanakan, para santriwan-santriwati harus mengikuti test munaqosah. Apa itu tes munaqosah? Kalau versi cerita dari kakak, peserta test harus bisa menghafal surat-surat pendek yang terdapat pada juz 30 di Al Qur'an. Nggak semua, tergantung ustadz/ustadzah-nya minta dibacakan surat apa, jadi semacam acak gitu, kalau kakak sendiri mendapat tugas untuk membaca 4 surat, yakni: Do'a Iftitah versi panjang (Seperti yang dibaca di film Hafalan Sholat Delisa), Al-Mu'minuun, Al-Lahab dan surat terakhir adalah An Naba'.

Untuk Jadwal munaqosah-nya sendiri dilaksanakan 2 minggu sebelum wisuda, bertepatan pada hari Jumat, 1 November 2019. Saya yang saat itu nggak bisa menyaksikan langsung test munaqosah-nya, hanya bisa berdoa semoga kakak diberi kelancaran. Setelah munaqosah selesai, saatnya hari yang dinanti tiba, Wisuda XXVII Santriwan - Santriwati Taman Pendidikan Al Qur'an yang dilaksanakan pada hari Ahad, 24 November 2019 di Gedung Olah Raga kabupaten Lamongan. Duh, deg-deg-an-nya itu, lho..

Sempat mellow pas malamnya nyetrika jubah wisuda si kakak, keinget gimana dulu resahnya saya pas kakak ngajinya tertinggal jauh, dan akhirnya sadar diri juga sih, absensi kakak saja berantakan, mau sejajar sama yang rajin ngaji gimana?? Tetap sajayang penting bisa ngaji lancar, tajwidnya baik, mau butuh waktu berapa lama pun nggak masalah, toh belajar memang nggak sekali baca langsung bisa, belajar nggak pernah ada batasnya. Bahkan pepatah bilang "Belajarlah Sampai ke Negeri Cina". Dan ada juga kata-kata bijak yang mengungkapkan bahwa belajar itu tak mengenal batas usia..

Wah.. jadi panjang nih curhatnya. Baiklah sekian curhat dari mamak-mamak yang lagi bahagia banget. Proud of You Son!!


Sincerely,
Perjalanan Panjang Sebelum Ikut Munaqosah dan Wisuda TPA/TPQ










Menyampaikan Pendapat Melalui Komunikasi yang Hangat

with 2 comments
Berpendapat Melalui Obrolan Hangat

Komunikasi merupakan salah satu kunci bagi terciptanya keluarga harmonis, nggak jarang pertengkaran antar pasangan dipicu oleh kurangnya komunikasi atau dengan sengaja salah satu dari mereka menyimpan rahasia yang menimbulkan kecurigaan lalu berujung pada pertengkaran. Di sini, saya sedikit kasih saran nih, bagi yang suka nyimpan rahasia mending di-plong-in aja deh, kamu lagi asyique chatting sama cowok/cewek lain? CERITA! Lagi ada rencana kopdar sama alumni yang di dalamnya terkandung mantan? Bilang aja! astaga ini sesat banget sarannya XD  Toh kalau niatnya cuma menjalin silaturrahmi bukan masalah, kan? Tapi mungkin akan lebih baik kalau kamu nggak perlu mainan api, ya.. daripada nanti akhirnya kebakar, ya nggak?

Oke lanjut..

Tentu saja bukan perihal mudah untuk menciptakan komunikasi yang hangat. Kita harus bisa menyesuaikan situasi dan kondisi ketika akan memulai sebuah obrolan hangat dengan pasangan. Jujur, saya sendiri bukan tipe orang yang mudah dalam memulai percakapan, baik dengan pasangan, teman, maupun orang-orang di sekitar saya. Bahkan di awal-awal pernikahan dulu, saya dan pasangan hampir sering cekcok karena saya orangnya pendiam, ya.. bukan pendiam juga sih, cuma kurang suka aja sama yang namanya basa-basi jadi ya kebawa pas awal-awal nikah.. jarang ngomong. Pertikaian-pertikaian kecil tersebut seringnya timbul karena saya kurang bisa dalam menyesuaikan diri dengan pasangan yang notabene beliau lebih mengarah ke pillow-talk-person #halah.

Jadi waktu favorit pasangan saya buat ngobrol itu pas menjelang tidur, entah itu obrolan ringan atau berat, sedangkan saya  sebagai orang yang jarang ngomong, seringnya hanya berperan sebagai pendengar tanpa memberikan tanggapan selama sesi obrolan berlangsung, ujung-ujungnya malah ngantuk, di sisi lain pasangan lagi serius banget sama bahasannya sementara bagi saya waktunya jadi kurang pas buat ngelanjutin obrolan tersebut, ya gimana kalau suami lagi ngomong rasanya kayak lagi dengerin cerita, bawaannya pengen bobo aja gitu XD Alhasil yang niat awal menciptakan obrolan hangat malah jadi obrolan sepihak, soalnya yang diajak ngobrol udah sampai negeri antah berantah duluan, gondoklah suami saya. Tapi idu dulu.. sekarang juga kadang masih gitu sih..

Tapi kadang kan meski kita sudah merencanakan "wah pas banget nih sikonnya, habis ini bilang ke suami minta dibeliin rumah, ah.." Eh.. mendadak ada hal tak terduga lain yang ingin disampaikan sama pasangan kita. Di sini kemampuan kita dalam mengendalikan diri sangat penting, bagaimana cara kita agar nggak mendahulukan emosi sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh pasangan dapat kita terima dengan baik.

Pengendalian diri. Pengendalian diri memang memiliki peran penting untuk menentukan terciptanya sebuah obrolan hangat. Kalau mengacu pada 3 poin dalam tulisan "Aliran Rasa Komunikasi Produktif" karya mommy blogger ketje bernama Ayu Citraningtias. Di sana menjelaskan bagaimana kita harus bisa menahan emosi, meredam amarah, tentunya juga bagaimana cara membuat hati dan fikiran kita kalem ketika melakukan sesi dari hati ke hati dengan pasangan.

Namun nggak selalu pihak kita juga yang harus menyesuaikan diri, pasangan pun harus mengerti dan memahami keadaan kita, kita harus bisa memberi pengertian atau menyampaikan pendapat. Mungkin kita semua sudah tahu, ya, kalau setiap orang itu memiliki reaksi berbeda-beda dalam menerima pendapat, kalau dalam kamus orang pacaran adalah "wanita selalu benar", maka berbeda dengan kehidupan pernikahan di mana "wanita tempatnya salah". Oke, di sini siapa yang pernah merasakan hal serupa? *golek bolo*

Reaksi dari pasangan tersebut sebenarnya tergantung dari cara kita menyampaikan pendapat juga sih, bagaimana agar pendapat kita nggak berbalik jadi tindakkan yang dianggap salah oleh pasangan. Kalau kamu menyampaikan pendapat ketika pasangan dalam keadaan capek, jelas kamu SALAH meskipun kamu sudah berusaha menggunakan kalimat semanis mungkin. Berbeda dengan obrolan ringan yang mungkin dapat diterima kapan saja, dalam memberikan pendapat kita perlu menentukan waktu yang tepat, kalau pasanganmu pillow-talk-person kayak pasangan saya, kamu bisa memanfaatkan moment tersebut untuk menyampaikan pendapatmu. [oke, istilah pillow-talk-person ini sebenarnya saya adopsi dari novel yang ditulis Christian Simamora, kalau nggak salah sih ya XD]. Jadi saat-saat menjelang tidur di mana fikiran dalam keadaan tenang dan rileks, saya akan memulai sesi obrolan hangat dengan tujuan menyampaikan pendapat saya, kebanyakan sih berhasil ya, soalnya memang waktu yang saya pilih merupakan waktu favorit dia buat ngobrol.

Berbeda dengan masa pendekatan di mana kita sebagai kaum hawa terkenal dengan penggunaan kode-kode yang harus dipecahkan oleh calon pasangan kita, dalam kehidupan berumah tangga hal seperti itu kebanyakan sudah nggak berlaku lagi. Menggunakan kalimat-kalimat sederhana serta ringan akan lebih efektif, selain mudah dimengerti, obrolan kita juga akan mendapat respon secara langsung oleh pasangan tanpa harus memecahkan teka-teki lebih dulu.

Setelah satu dekade hidup bersama, sedikit-banyak hal yang saya pelajari tentang bagaimana menghadapi pasangan, ketika saya lagi pengen menyampaikan pendapat melalui obrolan hangat bersama pasangan, saya selalu memperhatikan beberapa hal tersebut di atas, meski nggak selamanya apa yang sudah direncanakan berjalan lancar, paling enggak kita sudah berusaha sesuai dengan kemampuan kita. Pastinya beda orang beda karakter pun beda juga dalam mempraktikkan teori hidup.

Baiklah, sebelum tulisan ini merambat kemana-mana, mungkin lebih baik saya akhiri sampai di sini saja. Semoga pesan dalam tulisan ini bisa tersampaikan dan diterima dengan baik meskipun penyampaiannya agak berantakan. Sekian dan terima kasih ^^




Salam...




Mengobati Demam Drama Korea dengan Layanan Video on Demand

with Leave a Comment
Mengobati Demam Drama Korea dengan Layanan Video on Demand

Video on Demand, sebenarnya saya kurang tau apa itu Video on Demad atau yang biasa disebut VoD, dan dengan dijadikannya VoD sebagai tema pekan ke 20 oleh LBI, akhirnya saya browsing juga, dan akhirnya saya juga tau kalau saya juga hampir sering memanfaatkan kemudahan yang diberikan oleh Video on Demand ini. Jadi, Video on Demand [VoD] merupakan sistem televisi interaktif yang memfasilitasi pengguna untuk mengontrol atau memilih sendiri pilihan program video dan klip yang ingin ditonton, tentunya sistem tersebut akan memudahkan pengguna ketika ingin menikmati progam favorit atau yang menjadi highlight pada waktu tertentu, dari sedikit penjelasan di atas, bisa dibilang sistem VoD ini hampir sama dengan ketika kita sedang menonton televisi biasa, tapi bedanya kalau ingin menikmati program-progam di VoD ini harus melalui streaming, selain itu program yang ada juga nggak hanya program yang sedang tayang pada saat itu saja, melainkan kita bisa mencari program-progam lawas yang sudah pernah tayang sebelumnya, dan dari beragam program tersebut juga bisa di download melalui device yang digunakan.

Mudahnya Bertransaksi Hanya dengan FinTech Aplikasi

with 1 comment
Mudahnya Bertransaksi Hanya dengan FinTech Aplikasi Android PayTren

Mengulas tentang pertumbuhan teknologi yang semakin canggih memang nggak bakal pernah ada habisnya, terlebih teknologi digital yang katakanlah saat ini memiliki peran yang begitu besar terhadap kelangsungan dalam bidang pendidikan, informasi, hiburan, dan bisnis perbelanjaan online nasional. Dengan banyaknya aktifitas dalam dunia digital teknologi, hal tersebut juga berpengaruh terhadap pertumbuhan layanan berbasis teknologi digital lainnya, salah satunya seperti FinTech. FinTech sendiri menurut pemahaman saya adalah sistem layanan keuangan yang ikut menghadirkan kemudahan dalam mengatur keuangan, transaksi, dan proses finansial lainnya dalam bentuk digital teknologi.

Seperti hari biasa, saat itu saya sedang menikmati alunan musik sambil sedikit merapikan data pekerjaan yang memang harus saya laporkan setiap hari kamis, beberapa user/calon user keluar-masuk kantor untuk membayar tagihan uang muka, atau sekedar bertanya tentang info stok kavling yang masih tersedia, sampai ada salah satu calon user yang sedikit mengajak saya berbincang di luar informasi yang ditanyakan sebelumnya. Calon user tersebut menjelaskan kepada saya tentang sebuah aplikasi android yang bergerak dalam bidang financial technology, nama aplikasi tersebut adalah PayTren, "wah mbaknya "jualan" juga ternyata" pikir saya. Sebenarnya saya kurang begitu tertarik dengan penjelasan tersebut, tapi demi tata krama kehidupan dan sopan santun antar sesama, saya dengan seksama mendengarkan penjelasan dari mbaknya mengenai apa saja yang bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi FinTech bernama PayTren tersebut.

Seperti halnya aplikasi atau website yang bergerak dalam bidang teknologi finansial lainnya, PayTren dapat menyuguhkan kemudahan-kemudahan dalam melakukan transaksi bulanan seperti pembayaran kredit pinjaman, asuransi syariah, tagihan listrik, PDAM, TV kabel, bisa juga untuk pembelian token listrik, pulsa prabayar, voucher game, bahkan untuk pembelian tiket pesawat sekalipun. Selain transaksi pembayan dan pembelian beberapa item di atas, pada aplikasi PayTren juga terdapat fitur yang memungkinkan pengguna untuk membeli aneka kuliner atau kebutuhan rumah tangga lain yang terdapat dalam daftar mitra PayTren tersebut. Jadi bisa dibilang juga, dengan aplikasi ini, pengguna bisa menjalankan bisnis berupa pelayanan jasa pembayaran dan pembelian dari fitur yang disediakan dengan begitu mudah.

Daebak banget nggak sih, ragam layanan yang ditawarkan. Saya yang awalnya agak ogah-ogahan dengerin penjelasan dari Mbak PayTren jadi sedikit memasang telinga biar bisa menangkap lebih jelas pembicaraan tentang PayTren tersebut. Ya.. meskipun pada akhirnya saya juga sama sekali nggak minat, atau mungkin belum minat, untuk bergabung dalam jajaran pengguna PayTren. Tapi paling enggak saya jadi tahu, apa itu PayTren, dan bagaimana sebuah aplikasi FinTech bekerja. Dari sini saya jadi pengen berkata kasar ke orang yang suka bilang "main hp mulu, kerjanya kapan?" Ckckck. Dan poin yang paling penting dari percakapan saya dengan Mbak PayTren adalah... *drumbroll*... Saya jadi punya bahan buat ngerjain tantangan tema pekan ke 15 Liga Blogger Indonesia kali ini. Oke, sekian bahasan tentang FinTech a.k.a Financial Technology kali ini. Mari bertemu pada postingan tema #LBI2017 pekan selanjutnya.. *kissbye*

Sincerely,
Mudahnya Bertransaksi Hanya dengan FinTech Aplikasi Android PayTren



Coffeshop; Borjuis Food and Drink

with 5 comments
Coffeshop; Borjuis Food and Drink

Jadi.. sekarang ini resto dan kafe dengan konsep yang instagram-able mulai menjamur di daerah saya, Paciran - Lamongan, mulai awal tahun 2017 kemarin banyak kafe bermunculan dan langsung penuh sesak dengan sekumpulan anak muda nan ceria di setiap sorenya, tapi nggak tau kenapa saya yang ikut senang dengan adanya perkembangan tersebut malah sama sekali belum minat buat sekadar icip-icip air putih di kafe-kafe tersebut. Oke. Sebenarnya bukan masalah nggak minat, cuma waktunya saja yang belum ada yang klop buat duduk-duduk manis di salah satu kafe tersebut.

Sampai pada pekan 14 #LBI2017 yang mengeluarkan tema tantangan "Review Rumah Makan di Daerahmu", dan di sini lah saya, menjadi bagian dari para anak muda yang sedang asik-asiknya menikmati siang mendung dengan aneka hidangan di Borjuis Food and Drink; salah satu kafe minimalis yang terletak di daerah Kranji - Paciran. Yah.. akhirnya saya menyempatkan diri untuk mengambil jatah istirahat singkat saya.

Coffeshop; Borjuis Food and Drink


Sesuai dengan nama Borjuis Food and Drink, kafe tersebut menyediakan beragam menu minuman dan makanan ringan, tapi yang saya tangkap dari handlettering yang menghiasi sebagian dinding kafe tersebut adalah; di sana hanya menyajikan aneka minuman dengan fokus kopi-kopian #halah. Tapi ternyata minumannya pun beragam banget, mulai dari beberapa jenis jus buah, minuman dengan tema tropical hawai seperti lemon tea, lecy tea, minuman besoda, dan tentunya nggak ketinggalan Hot/Ice mocha, cappucino, white coffe, dan ragam menu kopi-kopian lainnya, dan untuk menu makanannya sendiri ada mie borju, beef steak, chicken kebab, pizza beef untuk menu salty favour, serta banana split, pancake, waffle float dan crepes untuk menu makanan manisnya.

Coffeshop; Borjuis Food and Drink

Waktu berkunjung ke kafe tersebut saya memilih beef steak yang kelihatannya memiliki ukuran porsi cukup sebagai pengganti makan siang dan untuk minumannya alih-alih memesan minuman favorit beraroma kopi, saya lebih ingin mencoba minuman baru yakni pattaya ling di mana pada pamflet menu digambarkan dengan semangkuk minuman dengan cairan berwarna putih entah itu susu atau santan, dengan toping irisan buah-buahan segar, namun karena stok pattaya ling-nya lagi kosong, saya beralih ke lecy punch, overall makanan dan minumannya sesuai dengan lidah pemilih saya.

Coffeshop; Borjuis Food and Drink

Coffeshop; Borjuis Food and Drink

Coffeshop; Borjuis Food and Drink


Coffeshop; Borjuis Food and Drink


Untuk tempatnya sendiri, meskipun kadang terlalu bising dengan suara kendaraan karena jarak antar kafe dan jalan raya bisa dibilang terlalu dekat, tapi pelanggan cukup dibikin betah dengan konsep desain tempat yang seperti saya sebut sebelumnya, instagram-able.

Dengan dinding-dinding yang dipenuhi dengan wall-art berisi kutipan-kutipan inspiratif sekaligus menarik dan penataan bangku yang rapi meski tempatnya kecil. Tampilan depan yang memilih warna monochrome sebagai background menjadi dara tarik tersendiri pagi calon pelanggan, apalagi teras yang cukup minimalis tersebut dilengkapi dengan hiasan televisi tabung dan mesin tik antik yang entah kenapa menurut saya menambah nilai seni dari kafe tersebut, ya.. meskipun cuma sedikit sih.

Buat teman-teman yang kebetulan main-main ke WBL dari arah Gresik/Surabaya atau yang sedang melewati jalur pantura Lamongan - Paciran, bisa banget mampir ke The Borjuis Food and Drink ini, letak dan harganya dijamin terjangkau, dan yang pasti bisa sedikit menghilangkan lapar dahaga ketika melakukan perjalanan jauh di siang hari. Jam operasionalnya dari pukul 9 pagi sampai 9 malam. Nah, sekian ulasan singkat dari saya, sampai ketemu di pekan Liga Blogger Indonesia selanjutnya.. bye-bye.. *kissbye*


Sincerely,


Send Me Your Questions Here!

edigitalife.id@gmail.com

. . . . . .