Personal Blog: Menuliskan Semua Kisah dan Ulasan tentang Gaya Hidup di Era Digital

About Me

Arisan Link; Bukankah Kita Diciptakan untuk Dapat Saling Melengkapi?

with 4 comments

Bukankah Kita Diciptakan untuk Dapat Saling Melengkapi?
Nggak jarang kita lihat meme bertebaran tentang muda-mudi yang menyandang status jomlo dan dengan kalimat-kalimat unik yang menyatakan bahwa mereka ingin segera mengakhiri masa lajangnya dengan menikah. Pertanyaan kapan nikah, pun, seakan menjadi momok menakutkan pada momen-momen tertentu. Tapi itu dulu. Sekarang? Sudah bukan zamannya lagi kalian baper gara-gara meme ataupun pertanyaan yang so-yesterday itu, bahkan belakangan orang-orang kreatif di media sosial banyak yang bikin meme tandingan, meme tentang betapa mudahnya muda-mudi datang dan melaksanakan ijab qabul di KUA. Eits, ke KUA nya memang mudah, hanya perlu melengkapi berkas yang diperlukan dan menyiapkan saksi untuk akad nikah. Tapi.. bagaimana dengan keadaan, situasi, kondisi, suasana, dan bla bla bla lain pasca menikah? Mari kita ulas! Sebelumnya, mungkin setiap pasangan akan memiliki jalan kisahnya masing-masing, entah itu kisah yang mulus semulus kepala Deddy Corbuzier ataupun jalan yang penuh liku macam kisah cintamu dengan dia.


Pernikahan itu merupakan suatu momen sakral yang dalam memutuskannya kita harus dalam keadaan dan fikiran yang jernih. Bukan karena gengsi dan semacamnya. Selain persiapan finansial, mental pun harus benar-benar siap ketika kita sudah memutuskan untuk berbagi hidup dengan pasangan.

Faktanya pasca pernikahan, membina sebuah rumah tangga itu nggak semudah yang dibayangkan. Contoh kecil dari pernyataan sebelum ini adalah kebiasaan buruk pasangan yang sebelumnya sama sekali nggak kita tahu; habis rapihin rambut terus sisirnya ditaruh sembarangan, misalnya. Sesuatu yang remeh, tapi sangat bisa menimbulkan perdebatan. Nah,  ketika itulah keteguhan hati sepasang pengantin baru akan diuji. Makanya, di awal sudah saya sampaikan, persiapan mental juga sangat dibutuhkan, dan fyi, usia belum bisa sepenuhnya jadi patokan dalam menjalankan keluarga bahagia. Umur boleh tua, tapi kadang pemikiran masih jauh dari kata dewasa.

Bukankah Kita Diciptakan untuk Dapat Saling Melengkapi?

Banyak cara untuk berkompromi dengan kebiasaan buruk pasangan, seperti yang saya kutip dalam postingan mantan Jurnalis senior Mbak Ratna Dewi, dalam menghadapi kebiasaan buruk pasangan kita bisa membicarakan hal tersebut dengan kepala dingin, dengan begitu, perdebatan akan bisa diminimalisir, buat perjanjian di awal biar nggak menimbulkan salah faham kemudian, bikin peraturan do and don't agar lebih jelas dan nggak melewati batas, nah kalau sudah kelewat batas.. marah boleh, tapi jangan keseringan, sekedarnya saja, di sini kita akan diuji, bagaimana cara agar kita bisa mengendalikan emosi, dan yang terakhir adalah.. berdamai dengan kebiasaan buruk pasangan.

Ya, berdamai dengan kebiasaan buruk pasangan adalah pilihan terakhir ketika segala macam perdebatan sudah dilalui, tapi namanya saja "kebiasaan" ya, jadi mungkin agak sulit buat menghilangkannya. Di sisi lain, setiap orang memang memiliki kebiasaan buruknya masing-masing, tapi bukan berarti hal tersebut menjadi sebab perdebatan tiada akhir dengan pasangan. Daripada fokus ke kebiasaan buruk pasangan, lebih baik melengkapinya dengan kebiasaan baik kita, kalau pasangan suka naruh sisir sembarangan ya kita yang ngerapihin ke tempat semula, biar seimbang, gitu. Ini hanya sekadar contoh kecil, mungkin akan ada lebih banyak lagi perbedaan, kebiasaan baik ataupun kebiasaan buruk yang perlahan muncul ke permukaan pasca menikah. Jadi, siapkan dirimu, muda-mudi single di luaran sanah...



Sincerely, 
Bukankah Kita Diciptakan untuk Dapat Saling Melengkapi?










. . .

4 komentar:

  1. Bicara soal pernikahan, momok terbesar adalah bagaimana pasangan nanti. Dia bisa menerima kebiasaan buruk kita atau nggak. Kita bisa mencapai kesepakatan atau nggak. :D

    BalasHapus
  2. Terima kasih tulisannya Mbak Elisa. Semoga apa yang saya tuliskan di blog bisa membuka mata banyak orang bahwa kebiasaan buruk pasangan sebenarnya bisa dikompromikan, bukan lantas jadi kerikil tajam dalam pernikahan.

    BalasHapus
  3. kompromo--sabar--dan ingin saling berubah.. karena kita sbg istri pun memiliki kebiasaan jelek kan yah..

    BalasHapus
  4. Iya mbak bener banget berdamai dengan keadaan itu bisa jadi solusi ya meskipun pada akhirnya saya masih tetep nggedumel ama suami...hihihi...

    BalasHapus

Spamming? Nope!

Send Me Your Questions Here!

edigitalife.id@gmail.com

. . . . . .